oleh

Tradisi Siat Yeh, Sarana Pembersihan Diri Warga Jimbaran Bali

INBISNIS.ID, DENPASAR – Meski Pandemi, Siat Yeh Jimbaran Bali, terpaksa digelar seadanya karena masih dalam suasana pandemi covid-19. Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Senin (15/3), bertepatan dengan hari Ngembak Geni pasca Nyepi di di Banjar Teba Desa Adat Jimbaran.

Meski dalam keadaan pandemi, tradisi budaya yang telah mendapatkan sertifikat Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Kemenkumham ini tetap dilaksanakan meski seadaanya dengan tetap mematuhi protokol kesehatan, akan tetapi tidak mengurangi esensi tradisi.

“Dalam kondisi keterbatasan, generasi muda tetap harus bisa berkreatifitas sekalipun tetap mematuhi protokol kesehatan dan aturan pemerintah yang memang mengijinkan tradisi tetap dilaksanakan, tapi tetap mengetatkan protokol kesehatan” ucap A.A Bagus Cahya Dwijanata, pemuda Br.Teba, Desa Adat Jimbaran yang juga Ketua Panitia Pelaksana Tradisi Siat Yeh tahun 2018 saat dihubungi inBISNIS (15/3).

Tradisi Siat Yeh yang berarti Perang Air ini memiliki esensi bahwa pasca Nyepi Tahun Baru Caka, dilakukan ucap syukur ke hadapan Yang Maha Kuasa agar diberikan tuntunan di tahun yang baru. Disamping itu, Siat Yeh merupakan sarana penglukatan atau pebersihan diri menggunakan air yang bersumber langsung dari Desa Jimbaran.

Keagitan diawali dengan Mendak Toya ke Pasih (Pantai Barat) dan ke Suwung (Pantai Timur), dilanjutkan dengan mempertemukan kedua sumber air tersebut dengan di-Campuh (campur), kemudian barulah dilaksanakan perang air tersebut. Kegiatan sakral ini juga dilaksanakan dengan suka cita penuh kegembiraan.

“Pelaksanaan tradisi harus tetap dilaksanakan, terlebih kegiatan ini sudah terdaftar sebagai WBTB (Warisan Budaya Tak Benda) yang diterbitkan oleh Kemendikbud serta sudah terdaftar sebagai EBT (Ekspresi Budaya Tradisional) yang diterbitkan oleh Kemenkumham”, terang Jro Bendesa Adat Jimbaran, I Gusti Made Rai Dirga Arsana Putra.

Karena dalam keadaan pandemi, serta mengharuskan menerapkan protokol kesehatan yang ketat, maka kegiatan hanya dihadiri oleh 26 orang Seka Truna Truni (STT) atau Organisasi Pemuda Adat Bali, 2 orang perwakilan Dinas Kebudayaan Kab. Badung, Jro Bendesa Adat Jimbaran, serta Prajuru Banjar Teba 3 orang.

(Redaksi)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *