oleh

Sekeluarga Menenun Bersama, Pertahankan Tenun Tradisional Bali Barat

-Daerah-429 views

INBISNIS.ID, JEMBRANA – Kain tenun tradisional adalah kain yang dibuat dengan cara menyilangkan/menganyam benang lusi (ke arah panjang kain) dan benang pakan (ke arah lebar kain) yang dibuat menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM). Hal ini masih lestari di Bali barat, walau tak banyak yang melakukan pekerjaan ini. Akan tetapi nilai tradisional tetap dilestarikan sebagai nilai budaya dan bisa menghasilkan nilai ekonomi.

Salah satunya pengrajin kain tenun Usriya (30) tahun Banjar Tangi Desa Tegal Badeng Timur, Kecamatan Negara mengatakan, hanya sebagai buruh menenun jenis sarung kain secara tradisi sejak tahun 2010, hingga sampai saat ini. Dikerjakan bersama keluarga dan satu temannya, Ia memanfaatkan rumahnya untuk dijadikan tempat menenun dengan menggunakan alat yang didapat dari pemilik usaha tenun-tenun, Rabu (22/06).

“Dalam pengerjaan ini dalam 1 hari bisa mendapatkan 1 sarung dengan berbagai motif. Awalnya dikerjakan di Loloan Barat hingga bawalah pulang dikerjakan sendiri di rumah. Ada 6 alat tenun bukan mesin. Kini bisa menguasai pekerjaan ini sebelumnya belajar dengan harus ketelitian dan terampil,” jelasnya.

Usriya juga menyampaikan, bahan dari sang pemilik dibelinya dari luar pulau Bali. Segala jenis motif terus dikembangkan. Hingga menghasilkan jenis tenun sarung yang punya kualitas tersendiri. Harga jadi sarung tenun tergantung warna, kalau putih seharga 520 ribu rupiah, akan tetapi warna hitam, ungu, hijau, merah dan kuning harganya 500 ribu rupiah. Untuk motif jenis kain sarung kotak bergaris kombinasi warna.

“Dalam pengerjaan ini mendapat upah 40 ribu rupiah dalam satu kali pengerjaan bahkan lebih karena boleh bonus bisa mencapai 300 ribu rupiah. Itu bisa mengerjakan 1 bum selama 27 hari dapatlah bonus itu. Dan harus bisa cepat, karena semakin cepat tentu akan dapat hasil berupa upah,” paparnya.

Ia pun menjelaskan, ada 6 yang mengerjakan tenun ini dan 1 pengrajin dari Baler Bale Agung. Bahan yang sudah jadi langsung diambil dengan pengerjaannya masih sangat tradisional dan Ia pun sangat menikmati proses menenun yang digelutinya bersama keluarga.

“Dulu pernah merajut monte ternyata sakit mata, justru ini lebih asik dan bisa sambil mengerjakan pekerjaan rumah. Lebih senang mengerjakan ini walau tradisional tapi lebih menikmati kerja. Anak 2 laki perempuan sedangkan suami kerjanya melaut. Dan pengerjaan ini dilakoni bersama keluarga,” tutupnya.

(Redaksi)

Well, Silahkan tulis pendapatnya di kolom komentar ya.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *