oleh

Fenomena Bule Pembuat Onar Mulai Resahkan Masyarakat Bali

INBISNID.ID, DENPASAR – Wajah pariwisata Bali, kian hari kian terancam. Terancam kali ini ialah persoalan ancaman Bali diserbu turis-turis ‘kampungan’ yang sering membuat onar di Bali.

Berbagai kasus Bule yang meresahkan marak terjadi di Pulau Bali. Hal ini merupakan sebuah konsekuensi logis dari kebijakan “low cost tourism” di Bali.

Bak ‘pisau bermata dua’, masyarakat Bali mengharapkan kehadiran pelancong untuk berwisata di Bali, dengan cara berlomba-lomba menawarkan paket harga miring.

Dengan strategi demikian, Bali akan diserbu oleh pelancong. Akan tetapi di satu sisi kualitas pariwisata Bali akan terdegradasi karena tak ada control yang memfilter hal tersebut.

Fenomena bule kere ini kembali terjadi akhir-akhir ini, sebut saja kasus maraknya bule yang ditegur karena tak mau menggunakan masker, bule kebut-kebutan di jalan, hingga kasus bule mengais makanan di tong sampah. Selain itu juga yang menjadi sorotan publik adalah kelakuan bule yang melukis masker di wajah untuk mengelabui petugas di supermarket, serta kasus video porno di Gunung Batur oleh bule Rusia.

Pariwisata Bali merupakan pariwisata kelas dunia yang dikagumi. Fasilitas dan akomodasi pariwisata di Bali begitu lengkap dengan harga dari yang murah hingga mahal sekalipun tersedia di Bali, ditambah kurs mata uang rupiah masih lebih rendah dibandingkan mata uang dollar.

Fenomena bule kere atau bule gembel atau disebut Begpackers di Bali sudah berlangsung sejak lama. Hal ini perlu mendapatkan perhatian dengan menindak tegas bule-bule seperti ini.

Kabid Intelijen dan Penindakan Keimigrasian Kantor Imigrasi Kelas I TPI Ngurah Rai, Setyo Budiwardoyo menegaskan pihak imigrasi tak segan-segan akan mengirim turis yang demikian langsung ke kedutaannya atau bahkan akan mendeportasi.

“WNA yang nggak punya duit atau pura-pura gembel kita kirimkan orang itu ke kedutaannya atau minta perlindungan ke kedutaannya yang notabene harus melindungi warga negaranya yang di sini banyak,” ungkapnya sebagaimana dilansir dari DetikTravel.

“Di kita, cenderung kalau kita tampung harus memberi makan. Sebenarnya kalau anggaran kita, saya kurang sreg harus kasih makan ke orang yang bersandiwara. Kami cenderung lebih memberikan surat dan bertelepon ke kedutaannya, bahwa ada warga negara Anda yang memberikan perlindungan Anda ini saya kirim ke kedutaan,” sambungnya.

Jika ini dibiarkan akan memberikan dampak buruk bagi kelangsungan pariwisata Bali. Bahayanya citra Bali di mata dunia akan menurun, dan bisa membuat ketidaktertarikan lagi menjadikan Bali sebagai destinasi wisata.

(Redaksi)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *