oleh

Berebut Kursi Ketua DPD Partai Demokrat

INBISNIS.ID, TERNATE – Henny Sutan Muda (HSM) dan Rahmi Husen (Naid) dua tokoh muda dengan talentanya masing-masing sudah menyatakan diri siap bertarung merebut kursi panas Ketua DPD Partai Demokrat Provinsi Maluku Utara, pada Musyawarah Daerah yang akan dilaksanakan pada akhir bulan Desember 2021 ini.

Keduanya menempuh pendidikan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Ternate angkatan 1984 dan berlanjut ke jenjang Sekolah Lanjutan Atas di SMA Negeri 1 Ternate lulus tahun 1987.

Setelah lulus SMA, Henny melanjutkan studi ke Universitas Pattimura (Unpati) Ambon Fakultas Pendidikan MIPA jurusan Biologi, sedangkan Naid ke Universitas Sam Ratulangi (Unsrat) Manado jurusan Sosial Politik.

Mengutip Lao Tzo (filsuf china kuno) pernah mengatakan bahwa perjalanan hidup setiap orang ada polanya, hidup adalah serangkaian perubahan yang alami dan spontan. Biarkan realita menjadi realita. Biarkan sesuatu mengalir dengan alami kemanapun mereka suka.

Henny ke Ambon dan Naid ke Manado, tapi tak disangka mereka kembali dan bergaul. Terhimpun dalam wadah yang sama yaitu Alumni zona 84/87.

Dalam karir politik pun mereka berdua menggunakan seragam yang sama. Sama-sama suka bergaul, ramah terhadap semua orang dan senang berorganisasi. Naid digembleng organisasi Hijau Hitam, sedangkan Henny bersama PII sewaktu mudanya. Saat ini kedua pun sudah berada pada puncak karier politik, karena sama-sama duduk sebagai wakil Ketua DPRD. Naid di DPRD Provinsi. Heny di Kota Ternate.

Dua-duanya adalah sahabatku semasa sekolah dan kuliah dulu. Dan tentu saja setelah masa itu, persahabatan kian sulit terjalin ketika masing-masing sudah disibukan dengan pekerjaan. Kita tak lagi berada di sekolah, tempat paling mudah menemukan teman bercanda dan belajar. Kita punya rutinitas pekerjaan masing-masing.

Henny yang dikenal supel dalam pergaulan, setelah menyelesaikan kuliah mencoba peruntungan kariernya sebagai seorang pegawai Bank Swasta di Ambon tahun 1991-1993 setelah memiliki pengalaman sebagai staf bank ia pun mencoba peruntukan nasibnya mengikuti tes sebagai staf di Bank berplat merah (BUMN) dan diterima sebagai staf pegawai  Bank Rakyat Indonesia (BRI) sejak tahun 1993 hingga 2000 dan kebetulan ditempatkan di Cabang Ternate.

Selama 7 tahun berkarier sebagai staf bank yang dirasakan sebagai sebuah pekerjaan yang terlalu monoton dan ia berani mengambil keputusan untuk keluar dari rutinitas yang menurutnya sangat membosankan, maka berakhirlah karir sebagai pegawai bank namun dengan jiwa enterpreneur yang diwariskan dari orang tuanya, Henny mendirikan sebuah perusahaan Filadai Indah Perkasa dan mengelolanya sendiri sebagai direktur di tahun 2000, saat bersamaan juga dengan beberapa orang koleganya mendirikan CV Gemini Mas dan dia didaulat sebagai komisarisnya. 13 tahun berkiprah di dunia kontraktor, ibu tiga orang anak ini akhirnya mulai tertarik dengan dunia politik, Maka di tahun 2013, Henny mulai bergabung bersama partai Demokrat. Hanya butuh waktu setahun pada pemilihan legislatif ia terpilih sebagai anggota DPRD Kota Ternate dan ditunjuk sebagai ketua Fraksi pada tahun 2014-2019. Seiring perjalanan karirnya periode kedua pun ia terpilih 2019-2024 sebagai anggota legislatif dengan bendera Demokrat dan begitu mudahnya duduk sebagai Wakil Ketua karena perolehan suara yang begitu signifikan.

Naid sapaan akrab Rahmi Husen  awal kiprah di NGO bersama beberapa koleganya alumni HMI Cabang Manado mendirikan yayasan Forum Studi Halmahera (Foshal) bersama Saiful Ruray (Ko Ipul). Sebagai salah satu elemen dalam masyarakat, Foshal memiliki peran yang cukup penting, seperti memberikan pendidikan dan membangun kesadaran masyarakat, menjadi pendamping masyarakat, juga mengkritisi jalannya pemerintahan.

Laki-laki pengidola Iwan Fals dan Tim Samba Brasil  mulai mengenal dunia politik saat dia menjadi pengatur penyelenggaraan pemilihan umum (KPU) legislatif maupun pilkada, sebelum terjun langsung sebagai anggota salah satu partai  politik di Maluku Utara.

Kiprah di dunia politik dijalani Naid lebih awal ketimbang Henny. Karena pada tahun 2009, Naid telah bergabung dengan Partai Demokrat. Sedangkan Henny baru bergabung di tahun 2013.

Saat ini keduanya telah menunjukan signal untuk siap bertarung merebut kursi ketua DPD Partai berlambang bintang mercy itu. Tentu saja sebagai sahabat memberikan respon positif untuk keduanya.

Masing-masing pastinya sudah memiliki strategi untuk bertarung. Sebagai sahabat yang awam tentang dunia politik hanya sedikit cemas tentang nilai persahabatan dalam kancah politik, akhirnya harus membongkar sedikit referensi tentang itu dan mendapatkan sebuah tulisan tentang etika, Aristoteles menghabiskan dua buku khusus mengulas nilai-nilai persahabatan. Di sisi lain, Immanuel Kant yang hidup pada 1700-an setelah Masehi, hanya menghabiskan kurang dari satu halaman mengulas tentang persahabatan.

Hal tersebut menjadi salah satu bukti semakin memudarnya ide persahabatan dalam pemikiran era modern, terutama di bidang politik. Nilai-nilai persahabatan dalam politik perlahan terpinggirkan dari arena. Inilah yang menjadi kecemasan saya sebagai sahabat keduanya.

Namun dengan haqul yakin kedua sahabatku ini pasti sudah memahami bahwa tanpa nilai persahabatan, politik akan diekspresikan orang per orang dengan penuh sentimen. Tanpa nilai persahabatan, setiap orang bebas berkegiatan politik yang sarat kebencian.

“Dalam politik tidak ada persahabatan abadi, yang ada hanyalah kepentingan abadi”

Naid bilang bahwa ini adagium dalam dunia politik yg paling terkenal tapi saya kurang sepakat karena politik  hanya merupakan alat  untuk mencapai tujuan jadi bagi saya merajut silaturahmi (persahabatan) yang erat utk meraih kepentingan bersama itu lebih mulia.

Sementara menurut Henny, politik merupakan jalan mulia yang tidak akan merobohkan orientasi politik, orientasi politik adalah peradaban, kebersamaan, kemajuan dan keharmonisan. Akan sangat lucu dan menggelikan jika politik akan menghancurkan sebuah hubungan kekeluargaan, persahabatan dan keutuhan berbangsa dan bernegara. Hal ini sama halnya ingin membangun sebuah jalan bagus di sebuah kota, dengan cara menghancurkan semua isi kota.

Henny dan Naid telah mengecap asam garamnya dunia politik, keputusan yang dipilih untuk bertarung juga sudah memperhitungkan kelebihan dan kekurangannya masing-masing.

(Redaksi)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *