oleh

Tolak Kenaikan BBM, Aksi Mahasiswa Berakhir Ricuh

INBISNIS.ID, TERNATE – Komite Mahasiswa Bersatu (KMB) kembali mengadakan aksi demonstrasi jilid II menyangkut kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis petromax pada Senin (18/4) berakhir ricuh.

Pantauan awak media di lokasi, baik di depan kantor Wali Kota Ternate maupun jalan raya depan Kampus Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Khairun dipadati ribuan mahasiswa yang menuntut agar kenaikan BBM jenis pertamax dapat ditinjau lagi karena telah meresahkan masyarakat.

Seorang koordinator aksi saat menyampaikan aspirasinya mengatakan bahwa  kenaikan BBM jenis pertamax berdampak pada kenaikan sejumlah harga kebutuhan pokok, termasuk minyak goreng. Untuk itu rakyat miskin harus berani bicara, jangan hanya duduk, apalagi diam menonton.

Pada hal sehari sebelum Demo, Pemerintah Kota (Pemkot) Ternate, memastikan dalam waktu dekat akan menerbitkan surat edaran terkait harga bahan bakar minyak (BBM) khususnya Pertamax yang dijual di tingkat pengecer.

Istimewa

Hal ini disampaikan Wali Kota Ternate, Dr M Tauhid Soleman saat menjadi narasumber dalam dialog terbuka bersama sejumlah BEM Universitas Se Kota Ternate dan OKP Cipayung yang berlangsung di Cafe Sabeba, Minggu (17/04).

Menurut Tauhid, harga BBM jenis Pertamax yang dijual oleh pengecer saat ini memang sangat tinggi harganya. Sehingga dalam waktu dekat Pemkot segera menerbitkan surat edaran terkait dengan penertiban harga BBM di pengecer.

“Untuk itu dalam waktu dekat, kami akan mengeluarkan surat edaran (SE) agar bisa mengendalikan harga BBM di pengecer yang ada di Kota Ternate,” katanya.

Sementara itu Wakil Ketua DPRD Kota Ternate, Henni Sutan Muda (HSM) kepada INBISNIS.ID mengatakan bahwa penolakan mahasiswa terhadap kenaikan harga BBM dan Sembako yang dilakukan melalui aksi adalah ansih berangkat dari kepentingan masyarakat.

Pasalnya, pemerintahan di bawah komando Presiden Joko Widodo dinilai tidak mengedepankan kepentingan rakyat. Kebijakan menaikkan harga BBM dan Sembako sangat tidak tepat di tengah keadaan rakyat yang sedang menghadapi pandemi covid-19 dan bulan suci ramadhan. Rakyat Indonesia termasuk Kota Ternate mengalami kesulitan atas kenaikan harga tersebut. Di Kota Ternate harga Pertamax di pedagang eceran tembus Rp. 15.000 per liter.  Harga itu berdampak pada kenaikan ongkos angkutan umum dalam kota dan harga sembako.

“Harga sembako yang akhirnya melejit tinggi juga membuat masyarakat menjerit. Karena sembako adalah bagian paling berpengaruh dalam kehidupan masyarakat. Jika harga sembako tidak distabilkan melalui penurunan harga BBM, maka bisa jadi masyarakat Kota Ternate akan mengalami kenaikan angka stunting (gizi buruk)”, tutur HSM.

Selaku pimpinan DPRD dan atas nama lembaga, kami merekomendasikan kepada Pemerintah Kota Ternate agar dapat mendengar aspirasi mahasiswa yang mewakili masyarakat dengan cara melaporkan kepada pemerintah pusat terkait dengan kondisi Kota Ternate pasca kenaikan BBM yang diprotes oleh mahasiswa melalui aksi unjuk rasa sebanyak dua jilid. Saya tegaskan sekali lagi, ini masalah serius perlu untuk ditindaklanjuti.

Hasil pantauan di lapangan, aksi yang dimulai sejak siang hari dan berakhir pukul 17.00 WIT itu sempat ricuh, aparat kepolisian mengambil tindakan represif untuk membubarkan massa aksi dengan menggunakan gas air mata dan water cannon.

(Redaksi)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *