oleh

Pertumbuhan Ekonomi Malut Tertinggi di Indonesia, Ini Pertumbuhan “Semu”

-Bisnis-2,468 views

INBISNIS.ID, TERNATE – Maluku Utara menjadi Provinsi dengan laju pertumbuhan ekonomi tertinggi di Indonesia pada 2021. Berdasarkan portal resmi Badan Pusat Statistik Maluku Utara yang dirillis pada (7/2/) pekan kemarin bahwa ekonomi Maluku Utara pada triwulan IV-2021 terhadap triwulan IV-2020 (y-on-y) tumbuh sebesar 21,00 persen.

Pertumbuhan tertinggi terjadi pada Komponen Ekspor Luar Negeri yang tumbuh sebesar 168,50 persen, diikuti oleh Komponen PMTB dan Komponen PK-RT yang masing-masing tumbuh sebesar 143,47 persen dan 7,76 persen. Sementara itu, Komponen Impor Luar Negeri tumbuh sebesar 203,16 persen.

INBISNIS.ID mencoba menghubungi pengamat ekonom dan beberapa narasumber yang berkompeten sebagai pelaku Ekonom pada Senin. (14/2) hari ini. Berikut komentar mereka:

Mukhtar Adam, selaku pengamat Ekonom dan juga akademisi Unkhair mengatakan bahwa pertumbuhan ini adalah semu, apa yang harus dibanggakan? Toh, kemiskinan masih stagnan. Malut Provinsi tambang, yang berkonstribusi ke Tiongkok transformasi ekonomi yg sangat baik dan strategis karena Malut dapat membuat Tiongkok makin sejahtera, dan perlu bangga Malut bagian dari mendorong Tiongkok menjadi Negara adikuasa dunia.

“Coba dicermati sebaik-baknya Kabupaten Halmahera Utara struktur ekonomi di dominasi tambang, pertanian sudah turun kedua, jika NHM tutup Halut akan “tumbang”. Kabupaten Halmahera Tengah selisih pertanian dan industri sudah tipis, 2024 industri dominan pertanian akan turun. Kabupaten Halmahera Selatan tambang nyaris kalahkan sektor pertanian. Kabupaten Halmahera Timur tambang mau melewati pertanian”, jelas Ota sapaan Muktar Adam.

Halik Cokorora seorang jurnalis senior Malut menimpali bahwa kita di Maluku Utara tidak bisa mendengar hal-hal yang membagakan. Pertumbuhan ekonomi menempati posisi pertama di Indonesia, coba perhatikan akar permasalahan yang ada di Provinsi Maluku Utara.

“Di Malut tara (tidak) bisa dengar membanggakan. Ekonomi tertinggi di Indonesia dong (kalian) bangga, padahal kemiskinan dan pengangguran juga naik”, tutur Khalik.

Sejalan dengan dua narasumber di atas, Dr. Muamil Sunan, SE. M.Si seorang staf ahli ekonomi Kabupaten Halmahera Selatan yang juga akademisi Unkhair ketika dihubungi awak media mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan ekonomi suatu Negara atau Daerah. Dengan capaian pertumbuhan ekonomi yg tinggi harusnya mampu menyelesaikan permasalahan sosial seperti kemiskinan, pengangguran dan peningkatan pendapatan masyarakat. Namun jika pertumbuhan. ekonomi tersebut tidak mampu menyelesaikan persoalan sosial di atas maka pertumbuhan ekonomi tersebut adalah pertumbuhan ekonomi semu.

“Pertumbuhan ekonomi Malut lebih cenderung didorong oleh sektor pertambangan yang mana hanya menguntungkan para kapitalis besar, sehingga terjadi ketimpangan ekonomi di antara golongan masyarakat”, terang Muamil.

Pengusaha yang juga ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Ir. Gajali Abd. Mutalib memandang bahwa sebenarnya sebagai seorang yang sudah lama berkecimpung di dunia usaha melihat masalahnya tidak susah, Maluku Utara punya potensi Sumber daya alam berlimpah, ikan, kopra, cengkeh, pala apalagi tambang. Di sisi lain penduduk sangat sedikit. Kalau dari analisis seorang pengusaha melihat pendapatan besar dengan pembagi yang kecil, maka akan surplus yang besar, artinya rakyat yang 1 juta ini bisa Gratis biaya sekolah sampe perguruan tinggi, bahkan rumah bisa gratis juga.

“Intinya pemimpin mau tidak? Punya itikad baik tidak?. Kita masih bertikai dengan persoalan-persoalan kecil, tidak punya kemauan politik yang besar. Akibatnya semua stagnan. Masing-masing jalan sendiri. Kabupaten kota juga sandiri-sendiri. Kita punya ego yang tidak mampu kita tundukan”, keluh Gajali.

Jadi Pertumbuhan Ekonomi yang tertinggi lanjut Gajali ,kalau tidak ada rembesan ke bawah atau kesektor-sektor riil lainnya percuma.
Jadi Pertumbuhan Ekonomi yang tertinggi lanjut Gajali ,kalau tidak ada rembesan ke bawah atau kesektor-sektor riil lainnya percuma.

Gajali melanjutkan,lihat saja Ibu Kota Sofifi sudah 22 tahun tidak tuntas. Sedih melihat semua ini. Padahal untuk memperjuangkan Provinsi kita semua “berdarah darah”. 26 tokoh masuk Nusa kembangan 2 tahun lebih. Ketika sudah ada di depan mata, generasi kita tidak mampu mengalahkan ego dan kepentingan politik kita untuk kepentingan bersama.

( Anto Hoda / FF )

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

2 komentar