oleh

Munjung: Budaya Masyarakat Majalengka yang Sarat Makna

INBISNIS.IS, MAJALENGKA – Dilihat dari kebahasaan, istilah munjung atau ngunjung memiliki arti mengunjungi, menghadiri atau dalam bahasa agama berziarah. Munjung secara bahasa dapat diartikan memuja atau melakukan persembahan.

Istilah lain yang juga merupakan perkembangan makna dan memiliki arti sama adalah sedekah makam. Namun, istilah yang telah melekat untuk masyarakat garawangi penyelenggaraan ritual ini disebut munjung.

Secara teknis ritual munjung dilakukan dengan melakukan ziarah ke makam para leluhur. Istilah pemakaman di desa ini banyak juga yang menyebut maqbaroh, sebuah istilah serapan dari bahasa Arab yang memiliki arti sama dengan tempat kubur atau pemakaman.

Dengan mengambil tempat di pelataran makam warga duduk rapi memanjatkan doa atau tahlil memohon ampunan Allah SWT yang ditujukan kepada para leluhur yang sudah meninggal.

“Acara munjung ini diadakan setahun sekali dengan kegiatan membaca tahlil bersama memohon ampunan Allah SWT untuk para leluhur yang berada di Maqbaroh Marubus khususnya” ujar Ustadz Sulaiman selaku sesepuh Desa Garawangi.

Pelaksanaan munjung tahun ini berjalan dengan lancar, berbeda dengan tahun kemarin yang diguyur hujan.

“Pelaksanaan munjung mengambil waktu bertepatan dengan bongkar bumi atau mapag hujan (menyambut datangnya musim hujan)” pungkasnya lagi.

Warga yang datang tidak hanya laki-laki, perempuan dan anak-anak pun hadir dalam kegiatan tersebut. Beberapa warga yang datang mempunyai kesan yang mendalam dengan kegiatan ini.

“Munjung bertepatan dengan bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW, tradisi munjung harus terus dilestarikan, karena dibulan inilah peradaban terbaik kehidupan manusia dimulai” ujar Oman Kholilurrahman.

Karena kondisi geografis Desa Garawangi memiliki beberapa maqbaroh seperti Marubus, Asatana, Nagarasaat, Cibogo, Kamuning, Memengger dan Maqbaroh Blok Sabtu.

“Teknis dan pelaksanaan munjung diserahkan kepada RW masing-masing dimana maqbaroh berada, kami selaku aparat desa mengapresiasi warga yang datang dan atas kesadaran masing-masing membawa makanan untuk disedekahkan kewarga lainya” ungkap Ustdz Abdul Khalik selaku Kasir Pelayanan Desa Garawangi yang dihubungi via telepon.

Munjung atau berkunjung ke maqbaroh tidak hanya dilakukan setahun sekali, setiap waktu warga datang untuk merawat, membersihkan dan mendoakan leluhur mereka agar diberikan tempat terbaik.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *