oleh

Biayai Anak Panti Dengan Usaha Tahu Petis

INBISNIS.ID, SEMARANG – Membuka usaha tahu petis untuk membiayai kebutuhan anak anak panti selama pandemi, membuat Ayuning terasa terbantu untuk mencukupi kebutuhan anak panti, ia memberikan bekal usaha bagi anak yatim, mereka diajarkan membuat berbagai makanan untuk dijual, kemudian hasilnya untuk membiayai kebutuhan setiap hari.

Panti asuhan miliknya bernama Rumah Shalom terletak di jalan Delta Mas VII nomor 56, Kuningan, Semarang Utara.kini salah satunya membuka usaha tahu petis crispy .

Pasalnya selama pandemi, banyak donatur yang berhenti untuk membantu di panti asuhan tersebut. Padahal setiap hari dia harus merogoh uang yang harus dikeluarkan yang tak begitu kecil. bayangkan saja kebutuhan anak panti seperti sekolah, makan, dan lain sebagainya  membuat ayuning harus berfikir lebih keras.

“Ada 60 anak panti yang tinggal disini, kebutuhan setiap hari selalu ada, seperti sekolah, makan, alat alat mandi, belum lagi biaya bulanan seperti listrik, air dan lain sebagainya.” terangya, (30/10/2021)

Ayuning sebagai owner Yayasan Panti Shalom menerangkan, tahu petis yang dirintisnya mulai tahun 2019, berawal dari keterampilan dalam hal memasak, sehingga ia berinisiatif guna menambah penghasilan demi kebutuhan setiap harinya untuk diajarkan kepada anak panti supaya mereka mempunyai bekal ketika sudah dewasa nanti.

Kemudian saat ini tahu petis yang dia buat telah diekspor ke berbagai negara seperti Amerika, Hongkong, Singapura, Taiwan, Malaysia, Singapura, Belanda, dan Australia dengan bantuan penggunaan vacuum sealer.

Dengan begitu tahu petis buatannya  mampu bertahan hingga 10 hari. Di samping itu, Dia juga telah menerima kemitraan dari berbagai daerah untuk usaha tahu petis tersebut.

“Kebanyakan yang beli itu orang-orang Indonesia yang kebetulan tinggal di sana dan merindukan masakan Indonesia. Untuk yang tahu petis biasa harganya Rp 35 ribu kalau yang pakai vakum Rp 43 ribu,” paparnya.

Saat ini, dalam satu hari tahu petis Bu Aning bisa memproduksi 100 box dengan isi 10-11 tahu petis.

“Sekarang tahu petis crispy juga jadi buruan, padahal itu berawal dari coba coba dan tak sengaja untuk membuatnya,” ucapnya .

Begitupun di panti asuhan, anak anak diajarkan untuk wirausaha mulai dari produksi hingga pemasaran agar ketika keluar dari panti asuhan tersebut mereka bisa mandiri.

Bidang akuntansi hingga admin media sosial dilakukan secara mandiri oleh anak-anak panti asuhan, tentunya dengan bimbingan Aning yang hampir 24 jam menemani aktivitas mereka.

Dafi salah satu pembeli saat itu merasa kaget, bahwa tahu crispy yang enak dan gurih itu ternyata buatan para anak anak panti. Ia juga mengungkap, selain harga yang murah, teksturnya pun bagus dan ukuranya pun besar dibanding dengan tahu petis yang lain.

“Ternyata yang buat anak panti, selain murah, ukurannya pun juga besar, rasa juga enak tak kalah dengan tahu petis yang lain.” terangnya

Kemudian Ayuning juga sempat mengaku berkecil hati apabila usahanya “mati” seperti usaha-usaha sebelumnya. Dia juga sempat bercerita dan khawatir jika usahanya dianggap hanya memanfaatkan Rumah Shalom.

Begitupun dampak yang dia rasakan dalam usaha ini yaitu pandemi yang membuat penjualan tahu petis kini kian menipis.

Pasalnya sebelum ada pandemi, penjualan sangat lancar, bahkan setiap produksi tahu petis selalu habis terjual.

Dampak selain itu tidak adanya driver untuk mengantarkan pesanan tahu petis. Dikarenakan sebagian masih trauma akan adanya virus dari covid-19.

“Drivernya ada yang sakit, dan ada kepentingan yang lain. Jadi agak repot” tambahnya ,

Saat awal pandemi, kondisi keuangan panti asuhan benar-benar lumpuh. Karena itu, dia juga sempat nunggak sampai Rp 30 juta untuk biaya sekolah anak asuh selama satu bulan.

“Akhirnya saya nekat untuk mencoba jualan tahu petis itu,” ujarnya.

Adanya jualan tahu petis ini sangat relatif untuk membiayai kebutuhan anak anak panti.  Yang jelas untuk membeli gas saja dia sudah bersyukur.

“Harapan kedepan buat anak anak yaitu dengan diajarkan bekerja dan berdoa supaya anak anak bisa melanjutkan impian yang ingin dicapai. Ia bermimpi mereka ada yang menjadi dokter, sarjana, pramugari, perawat dan harapannya, dengan adanya panti asuhan yang berada di semarang ini bisa memberkati masyarakat bahkan bangsa,” tandasnya.

Sehingga terbukti sebagian lulusan dari panti asuhan ini sudah merasakan efek pengajaran selama ia berada di panti asuhan. Seperti dari mereka lanjut kuliah dengan biaya sendiri, lulusan sarjana yang saat ini sudah bekerja di perusahan, dan kini juga ada sedang merintis usaha.

 

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *