INBISNIS.ID, JAKARTA – Agar dapat bertahan di tengah hantaman pandemi Covid-19, para pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) dituntut untuk tetap adaptif dan kreatif.
Pelaku UMKM perlu melakukan berbagai upaya agar bisnis tetap berjalan. Adapun salah satu hal yang bisa dilakukan adalah memanfaatkan dan mengolah berbagai sumber daya sehingga memiliki nilai jual.
Sumber daya tersebut, misalnya, rempah-rempah, buah-buahan, bunga lokal, rimpang, dan empon-empon. Salah satu bunga lokal yang tengah naik daun adalah bunga telang atau clitoria ternatea.
Dulu, bunga telang dianggap sebagai tanaman liar. Kini, bunga berwarna ungu ini semakin dilirik dan memiliki nilai ekonomis jika diolah dengan benar. Potensi bunga telang tersebut tak ingin dilewatkan begitu saja oleh Anneke Putri Purwidyantari.
Pelaku usaha asal Sleman, Yogyakarta ini memanfaatkannya sebagai salah satu bahan baku sirup brand lokal, Ramu Padu. Pendiri CV Ramu Padu Nusantara itu memang bercita-cita menghidupkan kembali potensi rempah-rempah lokal sebagai bahan baku produk pangan.
Setelah melalui berbagai riset dan uji coba, perempuan yang akrab disapa Putik itu berhasil meracik sirup bunga telang. Usaha Putik pun membuahkan hasil. Kini, sirup Ramu Padu dikenal banyak orang. Tak hanya dipasarkan di Yogyakarta dan sekitarnya, Ramu Padu juga didistribusikan ke Jakarta.
Namun demikian, usahanya membangun brand sirup lokal tak semudah membalik telapak tangan. Terlebih, tantangan yang dihadapi semakin terasa selama masa pandemi, khususnya dari segi pasar atau market.
Putik menjelaskan, dalam proses bisnisnya, Ramu Padu memiliki dua segmen pasar dengan karakteristik berbeda. Pertama, business to business (B2B) market, seperti hotel, restoran, dan cafe (horeca). Kedua, end user market.
“Sejak pandemi Covid-19, perilaku konsumen dari kedua segmen tersebut berubah. Perubahan terlihat dari kesadaran masyarakat terhadap berbagai produk yang dikonsumsi, khususnya yang berkaitan dengan kesehatan,” ujar Putik dalam keterangan resminya, dikutip pada Senin (16/8).
Putik menyebutkan, dari segmen horeca, pemilik usaha kini berorientasi menyuguhkan menu yang terbuat dari bahan-bahan alami. Sementara, dari end user, semakin kritis terhadap berbagai komposisi sebuah produk.
“Masyarakat yang semula tidak aware terhadap produk yang mereka konsumsi, kini semakin sadar dan memperhatikan komposisi dalam suatu produk, terutama yang berkaitan dengan kesehatan,” jelas Putik.
Putik mengatakan, pihaknya bekerja sama dengan petani lokal untuk memasok bahan baku, termasuk dengan petani-petani perempuan yang menanam bunga telang.
“Kami juga berupaya menghubungkan apa yang ada di hulu dan hilir, yakni petani bunga telang dengan konsumen. Petani mendapat manfaat secara ekonomi dan masyarakat memperoleh efek positif bagi kesehatan” jelasnya.
Dengan demikian, imbuh Putik, konsumen semakin paham, bahwa produk Ramu Padu tak hanya dibuat dari bahan-bahan alami berkualitas, tetapi juga melibatkan partisipasi petani perempuan sebagai nilai tambah dari sebuah brand lokal.
Komentar