INBISNIS.ID, MAKASSAR – Silang pendapat antara dokter yang menekuni manfaat madu lebah dengan klinimus tentang konsumsi madu untuk pasien DM masih silang pendapat.
Umumnya dokter Endokrin yang menangani penderita DM (kencing manis) tetap melarang pasiennya untuk minum madu.
Hal ini secara tidak langsung diakui DR K H Arsyad Ahmad, sebagai Ketua Bidang Ekonomi MUI Jawa Barat, bahwa sejak 3 tahun belakangan ini tidak pernah lagi minum madu,
dikarenakan adanya larangan dari dokter. Dan kemarin sudah dua kali telah di Vaksin, dimana waktu mau di vaksinasi Covid-19, vaksinator meminta hasil laboratorium dan dianggap terkontrol.
Menurut Prof Dr Veni Hadju PhD SpGK, dalam Webinar, manfaat Madu untuk berbagai penyakit sudah banyak dipublikasikan pada jurnal ilmiah.
Para ilmuwan menekuni manfaat madu untuk kesehatan, salah satu yang terbaru pengobatan penyakit kanker dengan madu, tutur Veni Hadju dalam Webinar bertajuk Madu & Kanker Telah Riset Terbaru.
Adapun larangan bagi penderita DM (kencing manis) untuk minum madu masih merujuk teks buku yang lama.
Menurut Guru Besar Ilmu Gizi Klinik FKM UH, penelitian ilmiah tentang manfaat madu untuk berbagai penyakit termasuk penyakit kanker, jantung dan penyakit yang lainnya banyak dipublikasikan di media ilmiah internasional. Ujarnya.
“Pernah Saya adakan Seminar Ilmiah tentang madu berskala internasional, kurang sekali dokter berminat. Padahal kita datangkan peneliti madu dari negara lain yang sering merilis penelitiannya di majalah ilmiah.
Di Indonesia Pusat Penelitian Madu masih terbatas sehingga banyak produk palsu.
Hal inilah kami sementara kembangkan di Unhas dan mata kuliah kami di FK Unismuh ada materi tentang manfaat madu.
Penelitian manfaat madu sebagai obat masih sangat sangat minim tuturnya pada Wibiner yang diadakan YIMN FKUH (9/1).
Bagaimana dosisnya Prof tanya seorang peserta?
Kalau penyakit kronik seperti DM, Jantung dan lain sebagainya harus Secara maintenance, misalnya minggu pertama setengah sendok dan minggu kedua, dua kali. Dan ditingkatkan lagi dosisnya tiap minggunya namun sudah tentu obat dari dokter harus tetap dikomsumsi.
Untuk penyakit yang bersifat akut seperti diare, muntah atau demam harus diberikan setiap setengah jam.
Bagi yang mengalami infeksi pada mulut boleh di kumur-kumur.
Bagi bayi, anak-anak boleh juga diberikan dengan mencampurkan susu, juice, air hangat.
“Ingat ada juga orang alergi madu, makanya yang belum pernah mengkomsumi madu lebah, perlu diadakan test alergi dulu”. Tandas Veni Hadju.
Adapun madu manis dan pahit dari hutan, menurut Veni Hadju yang lagi mengembangkan pengobatan dengan madu, tergantung dari sumber makanan yang di produksi oleh Lebah.
Pada musim tertentu sumber makanan lebah terbatas karena pengaruh musim ini yang menyebabkan madunya pahit.
Madu yang manis dari hutan kualitasnya terjamin. Lebah sangat selektif memilih sumber makanan dan selalu makan sari bunga yang bersih.
Dalam buku Ilmu Gizi tertera komposisi madu lebah, antara lain:
Madu per 100 gram mengandung kalori (KCal) 364, Natrium 4 mg, Kalium 52 mg, Karbohidrat 62 gram, Serat panjang 0.2 gram, Gula 82 gram, Protein 0.3 gram, Ascorbid acid (Vitamin C) 0.5 mg, Zat besi 0.4 mg, Magnesium 2 mg, Calcium 6 mg. Madu lebah tidak mengandung lemak, kolestetol, Vitamin B6, Vitamin D dan Vitamin B12.
(Redaksi)
Komentar