oleh

Kisah Pemuda Asal Bandung yang Merambah Dunia Bisnis Saat Pandemi

INBISNIS.ID, BANDUNG – Merebaknya virus covid-19 hingga ke Indonesia pada awal tahun 2020, berdampak besar pada perkembangan seluruh bidang bidang usaha, salah satunya adalah Usaha Kuliner.

Berkurangnya lalu lintas manusia secara drastis di wilayah yang sebelumnya menjadi pusat kegiatan ekonomi maupun pariwisata, membuat shock para pelaku usaha kuliner baik rumah makan skala besar maupun warung-warung bahkan pedagang kaki lima. Satu persatu pelaku usaha kuliner tersebut membuat strategi bagaimana menghadapi penurunan omset dengan mengurangi karyawan dan bagi yang tidak mampu bertahan harus merelakan untuk menutup usahanya. Sebuah pilihan yang sulit dan berat.

Masa pandemi mengharuskan orang lebih banyak beraktivitas di rumah. Pembatasan kegiatan di banyak perusahaan yang diterapkan pemerintah, baik itu program Work From Home sampai dengan yang terbaru penetapan PPKM memunculkan sebuah hambatan bagi sebagian pelaku usaha, tetapi di sisi lain ternyata menghadirkan sebuah peluang.

Rahman, 26 tahun, seorang pekerja migran Indonesia yang sebelum pandemi bekerja di restoran sebuah hotel di Dubai sebagai Demichef dan harus pulang ke Bandung saat awal pandemi bulan Februari 2020 melihat sebuah peluang baru ketika harus tinggal kembali bersama orang tuanya di sebuah komplek perumahan di kawasan Bandung Timur. Usaha Kuliner menjadi pilihan sesuai latar belakang pengalamannya.

Memulai usaha di masa pandemi tentu saja diperlukan kejelian dalam mengelola risiko terutama pada sisi keuangan. Maka pada akhir bulan Februari 2020 dibuka usaha kuliner keluarga bernama Kedai Hijau Bandung di rumah orang tuanya, memanfaatkan garasi di samping rumah yang berada di jalan utama komplek perumahan.

Rahman, Pemilik Kedai Hijau Bandung

Ketika ditemui INBISNIS di kedainya, pemuda lajang ini bercerita tentang keputusan awal usaha kuliner di rumah, pertimbangannya adalah mengurangi biaya. Seperti diketahui biaya sewa tempat, peralatan dan karyawan menjadi porsi terbesar selain biaya bahan. Dengan mengurangi biaya tersebut, maka usaha bisa mendapatkan keuntungan yang lebih besar.

“Sangat tidak masuk akal kalau saya harus membayar sewa tempat puluhan juta pertahun dengan tambahan pembelian peralatan dan karyawan di masa sulit seperti sekarang ini, saat itu rumah makan yang sudah eksis pun banyak yang tutup,” ujarnya (15/8/2021).

Sebuah pilihan tepat karena dengan membuka usaha kuliner di rumah, Kedai Hijau Bandung bisa menghemat biaya sewa tempat,serta peralatan bisa memanfaatkan peralatan masak di rumah dan bisa dikerjakan sendiri selama omset belum mendukung untuk menambah karyawan.

Kedai Hijau Bandung berlokasi di Komplek Perumahan Giri Mekar Permai, di Kawasan Bandung Timur, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Jumlah warganya sekitar 400 KK, dan ini menjadi target utama pemasarannya. Selain warga perumahan, pengelola usaha ini juga memasarkan melalui media online, Go Food, Grab Food dan media sosial FB dan Instagram untuk menjangkau potensi pelanggan di sekitar komplek.

Di hotel tempatnya bekerja sebelum pandemi, Rahman terbiasa dengan menu-menu western, pasta dan lainnya, namun untuk usahanya ia memilih menu-menu rumahan yang sudah umum dan dikenal pelanggannya, seperti ayam goreng atau bakar, pecel lele, ikan nila goreng atau bakar, nasi goreng, mie atau kwetiau goreng, capcay dan wedang ronde.

“Di masa pandemi orang banyak berhemat, dan cenderung memilih makanan pokok, lauk untuk keluarga,” tambahnya.

Pelayanan standar khusus untuk pelanggan warga komplek, Kedai Hijau Bandung memberikan fasilitas layanan delivery order tanpa minimum order.

Pelayanan ini menjadi daya tarik tersendiri bagi pelanggan, selain rasa masakan yang lezat tentu saja, hasil olahan Rahman yang sudah berpengalaman di bagian Kitchen Hotel berbintang selama lebih dari 3 tahun.

Selama PPKM, Kedai Hijau Bandung, tidak melayani makan di tempat, tetapi hanya melayani take away dan delivery order dengan prokes. Menerima order mulai pkl. 10.00-20.00 WIB.

Kedai Hijau Bandung saat ini sudah banyak dikenal dengan rasa menu-menunya yang enak, dengan harga setara dengan harga warung pinggir jalan yaitu mulai Rp 15.000 per porsi. Harga yang sangat terjangkau untuk pasar perumahan.

Setelah 1,5 tahun berjalan, Rahman sudah mampu mempekerjakan 1 orang karyawan, pelanggannya makin banyak, dan dalam sebulan sudah berhasil meraup keuntungan yang cukup untuk menggantikan gajinya selama bekerja di hotel.

Selalu ada hikmah dibalik sebuah hambatan, dan Rahman pemilik Kedai Hijau Bandung adalah salah satu contoh bagaimana menghadapi hambatan dan tantangan dengan selalu bersikap positif, dan merubahnya menjadi sebuah peluang.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *