oleh

Ingin Lestarikan Kuliner Khas, Pemuda Bali Tertantang Jadi Pengusaha Muda

INBISNIS.ID, DENPASAR – Indonesia yang kaya akan aneka suku dan budaya membuat tiap daerahnya memiliki makanan khas masing-masing, seperti Sumatera Barat dengan rendangnya, Yogyakarta dengan Gudeknya dan Papua dengan Papedanya.

Namun, seiring perkembangan globalisasi, kuliner tradisonal Indonesia yang kaya akan rempah mulai digantikan dengan menu yang kebarat-baratan.

Putu Arya Adi Kusuma (Yoko) merupakan seorang pemilik Warung Pojok Pasar ingin memperkenalkan aneka makanan tradisional khususnya Bali, agar generasi muda tak melupakannya.

Pemuda berusia 26 tahun yang berdomisili di Taman Griya, Jimbaran ini mengatakan bahwa Ia menjual aneka makanan tradisional Indonesia dalam rangka melestarikan makanan khas.

“saya membuka usaha makanan tradisional seperti Sate Plecing dan Soto Balung ini dari akhir tahun 2019, karena ingin generasi muda tidak melupakan makanan tradisionalnya dan makanan tradisional Bali khususnya,” katanya saat ditemui INBISNIS (18/4).

Menu tradisional khas Bali yang dijualnya seperti sate plecing dan soto balungan. Untuk harganya, dibanderol dari 10 ribu hingga 15 ribu saja per porsinya.

Yoko yang dahulunya merupakan pekerja di salah satu Hotel di Bali, kini tertantang untuk menjadi pengusaha muda di bidang kuliner dengan dibantu sang adik Made Wira Adi.

“saya awalnya kerja di hotel, setelah beberapa lama ingin punya usaha sendiri dan hasil pekerjaan saya di hotel dulu, saya kumpulkan sedikit demi sedikit untuk modal usaha,” terangnya.

Dalam menjalani usaha makanan dengan nama Warung Pojok Pasar, Yoko memaparkan alasannya dibalik nama Warung Pojok Pasar. Hal itu dikarenakan lokasi restorannya bertempat di Pojok Pasar Taman Griya, tepatnya di Jalan Danau Beratan Timur.

Selama membuka usaha makanan ini, Yoko menggunakan strategi pemasaran dari mulut ke mulut serta melalui promosi di sosial media.

Kondisi pandemi seperti sekarang ini memang sangat berpengaruh terhadap daya beli masyarakat, begitu pula yang dialami Yoko selaku pelaku usaha UMKM ini.

“Nilai beli masyarakat tentu menurun, tentunya saya mengurangi jumlah produksi, tapi tetap mempertahankan kualitas, selain itu saya kan sudah berjualan dari akhir tahun 2019 jadinya sudah beberapa orang mengenal warung dan masakan saya”, katanya.

Di daerah pariwisata seperti Badung selatan yang mengandalkan sektor pariwisata, Yoko mengajak generasi muda untuk berani membuka usaha apalagi yang bercirikan tradisional.

“Ayolah generasi muda setelah ada pengalaman bekerja coba buka usaha sendiri dan terapkan ilmu yang sudah didapat di tempat sebelumnya, berani berdiri di kaki sendiri dengan ciri tersendiri,” tandanya.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *