oleh

Berawal Dari Iseng, Khafidz Sukses Bangun Usaha Hidroponik

INBISNIS.ID, SEMARANG – Berawal dari iseng untuk membuka usaha tanaman hidroponik, Khafidz (25), pemuda asal Mijen, Semarang kini tak menyangka keisenganya dengan mengembangkan sayuran dengan teknik hidroponik di tengah pandemi ini bakal mendatangkan cuan yang melimpah baginya.

Pasalnya kebanyakan pandemic covid-19, banyak sekali usaha mikro bahkan makro yang terdampak, sehingga sebagian harus bergulung tikar.

Namun di tangan Khafidz, kesempatan menjadi petani sayuran kini menjadi ladang penghasilan yang menguntungkan. Ia mengaku saat ini banyak pesanan bergulir dari sayuran selada yang kini ia tekuni lewat hidroponik.

Dengan sistem hidroponik menurutnya sangat bagus untuk menjamin kualitas sayuran. Apalagi tidak membutuhkan lahan yang sangat luas, hanya beberapa meter saja mampu menampung beberapa kilogram sayuran.

“Ya awalnya iseng, begitupun juga permintaan orang tua, karena saya kan juga sarjana pertanian,” ungkapnya, Kamis, (18/11).

Berawal menggunakan meja etalase yang ia letakan di atas rumah, kemudian ia coba tanami sayuran, ternyata membuahkan hasil.

Hanya percobaan tersebut kali ini banyak permintaan yang ia dapat, hanya saja perbandingan permintaan dan produksi yang ia lakoni tidak seimbang, ia berinisiatif untuk memanfaatkan lahan milik neneknya bekas dari tempat kandang ayam.

Ia mengaku awal mula memulai usaha sayuran hidroponik, hanya mengeluarkan 2 juta saja, itupun untuk membeli alat alat yang dibutuhkan.

“Modal awal 2 juta hasil dari keuntungan sebelumnya, saya gunakan untuk beli  alat alat hidroponik,” terangnya.

Hanya menunggu beberapa bulan saja, keuntungan terlihat, ia berinisiatif untuk membuat greenhouse, karena menurutnya dengan system greenhouse kualitas sayuran akan lebih optimal. Meskipun biaya pembuatan greenhouse lumayan mahal yaitu bisa mencapai 30 juta.

“Pembuatan greenhouse awal sendiri membutuhkan biaya 30 juta, itupun juga hasil dari keuntungan sebelumnya,” ujarnya.

Ia mengaku selama usaha tanaman sayur selada hidroponik , awalnya ia mampu meraup keuntungan bersih 11 juta.

“Keuntungan naik turun sesuai permintaan, namun dalam sekali panen saat itu keuntungan mencapai 11 juta,” imbuhnya.

Lebih lanjut pemasaran saat ini lewat online, kemudian juga kerjasama dengan mitra untuk diambil saat panen.

Untuk panen sayuran selada, membutuhkan waktu 6 minggu,

Berawal dari biji yang ia tanam menggunakan spoon, diletakan di dalam paralon yang dipotong setengah, kemudian diairi dengan air, setelah 2 minggu baru di pindah ke tempat peremajaan dengan system yang sama, hanya saja beda dalam lubang paralon tanam, serta jarak antar lubang tanam tersebut.

Setelah 4 minggu, atau 2 minggu dari pemindahan biji. Baru dipindahkan di tempat proses pembesaran. Sampai 2 minggu lagi. Berarti kalau dikalkulasi 2 minggu pembijian, 2 minggu proses peremajaan, dan 2 minggu lagi proses pendewasaan.

“Ada 3 proses mulai dari biji, peremajaan, hingga pembesaran sehingga membutuhkan 6 minggu untuk siap panen,” terangnya.

Untuk pegawainya sendiri saat ini masih diandalkan dari adik adiknya karena selain buat menambah pengalaman, juga hasilnya untuk tambahan kebutuhan harianya.

Ia memulai karir menjadi petani hidroponik, karena dia lulusan sarjana pertanian. Jadi tidak harus banyak belajar lagi, hanya sering praktek saja yang kini harus dilakukan, masalah materi sudah ia dapatkan di bangku perkuliahan.

Ilmu yang ia peroleh saat ini tidak semata mata untuk dirinya, ia mengaku ingin berbagi pengalaman tentang pertanian. ia sering diundang untuk mengisi berbagai acara terkait dengan pertanian, ia diundang untuk menjadi narasumber di berbagai event, baik diluar kota maupun dalam kota. Serta pelatihan pelatihan untuk masyarakat.

Lebih lanjut, saat ini ia mempunyai membuka usaha tanaman hidroponik dengan luas 2000 meter persegi. Meskipun ada beberapa tanaman yang sudah berhasil dibudidayakan seperti cabe, terong, tomat, dan kangkung.

Namun ia prioritaskan saat ini sayuran selada, karena selada masih di cari banyak orang untuk kebutuhan rumah pribadi maupun rumah makan

“Masih fokus selada, meskipun ada beberapa tanaman lain yang juga dibudidayakan,” pungkasnya.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *