INBISNIS.ID, DENPASAR– Di tengah situasi pandemi Covid-19, I Ketut Judiana, warga Asal Bali Desa Sanur,Denpasar, salah satu pengusaha resto D’UMA, tetap menjalankan usahanya dengan menciptakan menu-menu masakan spesial yang bahan dasar dari Bebek dan juga pastinya untuk meningkatkan Ekonomi yang saat ini masih dalam keterpurukan .
Bapak dua anak ini sekaligus CEO dari Resto D’UMA, memutuskan untuk memulai bisnis kuliner yang betajuk dari alam, dimana sangat terinspirasi sekaligus mewarisi resep dari sang Menek. Dengan teknik masak yang masih tradisional seperti mengunakan tunggu dan kayu bakar dengan bumbu-bumbu Bali yang lengkap, membuat masakan racikan D’UMA punya rasa khas tersendiri. Dimana selain bumbu yang Khas juga proses masak pun membutuhkan waktu yang cukup lebih lama untuk menciptkan rasa yang lebih nikmat. Sesuai dengan nama Bebek D’UMA menu utamanya yang dimana bebek yang di olah adalah hasil dari penakarannya sendiri. berikut Menu masakan yang berbahan dasar dari bebek yaitu bebek panggang, bebek nyat-nyat, bebek goreng krispi dan juga bebek betutu.
“Jadi saya melanjutkan tradisi leluhur saya, dan kemudian melanjutkan membuka gerai makan yang lebih luas di tepi sawah, kalau dulu nenek saya jualan sama ibu saya, di pasar kecil tradisional, dengan meja dan tempat duduk lesehan, akhirnya terinspirasi di waktu masih kecil karena sering bantuin nenek jualan di pasar, Jadi saat ini saya mewarisi resepnya dari nenek saya,” ujar I Ketut Judiana saat di wawancarai wartawan INBISNIS.ID, Jumat (26/03).
Restoran D’UMA itu sendiri berlokasi di Jln.Tukad Balian Nomor 99, Denpasar, Bali. Tambahnya, “Kedai kami saat ini berada persis di pusat kota, dimana pusatnya aktivitas para tourism dan juga dunia usaha bisnis yang berada di Bali, semua ada di sini ngumpul,” terangnya.
Untuk konsep Restoran D’UMA itu sendiri yaitu mengedepankan konsep budaya kearifan lokal, di mana sesuai dengan ketertarikan pria Putra daerah asli Bali ini, karena kecintaannya dengan seni patung, alam, social, religion, culture, untuk memajukan semua aspek dalam satu kesatuan yang harmoni.
Akibat kondisi pandemi saat ini, dengan konsep awal yang yang bertajuk konvensional, Restoran D’UMA sedikit mengubah konsep menjadi lebih milenial, sesuai dengan budget kaum milenial. Salain itu letaknya Restoran D’UMA sangat dekat dengan internasional Airport I Gusti Ngurah Rai.
Ujarnya, “Saya mulai menjual kopi dan juga jual mie rebus, sesuai dengan kantong mahasiswa yang terpenting usaha ini teteap jalan,” ujarnya dalam lirih.
I Ketut Judiana juga membuka usaha lainnya yaitu seperti Hostel. Di mana tamu yang dari luar bisa untuk nginap, kemudian melanjutkan aktivitasnya di pulau dewata. Dengan harga yang sangat terjangkau.
“Jadi tamunya datang ke Bali, dia tinggalnya di Hostel saya, besoknya dia melanjutkan perjalanan ke Ubud, ke Nusa Penida, disini kami menyediakan 8 Bad untuk para kaum Back Packer, dan rencana saya akan kembangkan beberapa home stay juga disini,” terangnya.
I Ketut Judiana berharap, dengan kondisi saat ini kami mengajak semua kalangan untuk melakukan terobosan-terobosan baru yang Inovatif, di mana hal ini juga guna membantu perekonomian Daerah terkhusus Provinsi Bali.
“Yang kami harapkan dari pemerintah iayalah harus menciptakan satu iklim, yang dimana lebih kondusif dan para pengusaha-pengusaha ini bisa jalan dan bisa maju dan juga sukses, otomatis Pendapatan Negara ini akan lebih stabil mulai dari sektor ekonomi dan lain-lain, sebab kami ini adalah tulang punggung dari sebuah Negara bidang perekonomian. Sekarang pemerintah harus bijak, bagaimana caranya membantu rakyat agar layak, cepat berkembang, sistem, akomodasi yang memadai,” tuturnya.
Menurut I Ketut Judiana, sebenarnya lebih bagus lagi dengan melakukan inovasi yang baru dan mempromosikan makanan-makanan kampung khas indonesia, sekaligus mengenalkan Indonesia kepada Dunia.
(Redaksi)
Komentar