oleh

Peringati Hari Kartini, PP KMHDI Adakan Rembulan

-Daerah-460 views

INBISNIS.DI, DENPASAR – Era Society 5.0 memberikan akses yang lebih luas untuk berperan lebih banyak bagi lingkungan. Pada era ini ada tiga kemampuan yang harus dimiliki oleh individu yaitu: creativity, critical thinking, communication and collaboration.

Oleh karena itu disinilah kesempatan bagi kaum perempuan untuk mengimplementasikan pemikiran-pemikirannya, memaksimalkan perannya sehingga pada akhirnya lingkungan sosial akan sadar bahwa perempuan dan laki-laki itu dapat setara. Sebagaimana Kartini memperjuangkan secara konsisten kesetaraan antara kaum perempuan dan laki-laki di lingkungannya.

Hal ini diungkapkan Presidium Kesatuan Mahasiswa Hindu Dharma Indonesia (KMHDI), Putu Asrinidevy ketika memberikan sambutan dalam acara Rembuk Bulanan (Rembulan) KMHDI bertajuk “Merawat Semangat Perjuangan Kartini Pada Era Society 5.0” yang dilaksanakan secara daring, Jumat (29/04).

Menurut Putu Asrinidevy, Kartini sebagai tokoh perempuan Indonesia akan tetap relevan untuk memberi semangat bagaimana perempuan mampu memaksimalkan peran, maupun kualitas dirinya. Pelajaran dari semangat Perempuan dalam sejarah Kartini adalah poin penting keberadaan perempuan dalam konteks multi zaman hari ini.

Devy melanjutkan, Kartini juga dikenal sangat gemar menulis. Yang paling dikenal adalah tulisan surat kepada teman-temannya waktu sekolah di ELS. Dimana, seperti yang kita ketahui surat-surat inilah yang dikumpulkan dan menjadi sebuah buku “Habis Gelap Terbitlah Terang”.

“Sebuah kumpulan ide, semangat dan pemikiran yang sulit terwujud di kala itu. Namun perjuangan dan semangat itu akhirnya mampu menjadi sebuah tonggak perubahan yang mampu mendisrupsi pemikiran era itu. Hingga hari ini menjadi sebuah semangat yang masih relevan hingga hari ini. Tentu dengan konteks zaman dalam multiperspektif, ungkap Putu Asrinidevy.

Sementara itu, Ketua Departemen Penelitian dan Pengembangan (Litbang) PP KMHDI, Lira Hartami, mengatakan bahwa perjuangan perempuan masa kini bukan untuk menyaingi kaum laki-laki, namun fure untuk dirinya sendiri, untuk mengembangkan diri, untuk terus mengupgrade diri menjadi lebih baik.

“Di era society 5.0 perempuan harus mampu menyeimbangkan peran, harus mampu menjadi adaptif, terus meningkatkan skill terutama yg terkait teknologi,” ungkap Lira Hartami yang juga menjadi pengisi materi dalam Rembulan KMHDI kali ini.

Oleh karena itu, Ia berharap untuk seluruh kader perempuan KMHDI, kita harus berani dalam menyuarakan pendapat, berani belajar dan mengenyam pendidikan setinggi-tingginya, dan jangan menutup diri ruang belajar dimana saja. Ambil kesempatan sekarang. Peringatan Hari Kartini adalah sebagai semangat para perempuan untuk terus maju dan berkembang tanpa merisaukan perbedaan gender.

Pada kesempatan yang sama, perwakilan PD KMHDI Bali, Noviantari, mengatakan, bahwa rasa bangga sebagai seorang perempuan perlu ditumbuhkan sehingga perempuan lebih percaya diri memperjuangkan hak-haknya. Perempuan perlu memberikan pembuktian pada lingkungan sosialnya dalam rangka mengubah pandangan lingkungan sekitar terhadap perempuan.

Hal senada juga disampaikan perwakilan PD KMHDI NTB, Virgi, bahwa rasa bangga menjadi seorang perempuan perlu ditumbuhkan oleh perempuan itu sendiri. Selain itu, ia juga menyoroti bahwa masih ada lingkungan-lingkungan yang membuat perempuan dalam kondisi tidak aman.

“Masih banyak ditemui organisasi-organisasi yang sangat mendiskreditkan perempuan. Dimana organisasi tersebut tidak cenderung tidak menerima perempuan sebagai seorang pemimpin,” ungkap Virgi.

Terakhir, ketua Departemen Kajian dan Isu PP KMHDI, Teddy Chrisprimanata Putra, menyoroti, bahwa masih terdapat banyak perempuan yang tidak mau bicara soal-soal publik policy. Oleh karena itu menurutnya perempuan harus lebih berani mengambil setiap kesempatan-kesempatan dimanapun itu termasuk forum-forum diskusi.

“Ke depan yang kita lawan adalah bagaimana melawan stigma terhadap perempuan. Misalnya sampai hari ini dalam masyarakat kita masih bias gender salah satu contohnya dalam mengambil keputusan. Dimana kalau perempuan yang mengambil keputusan masih terjadi keragu-raguan,” tutup Teddy Chrisprimanata Putra.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *