INBISNIS.ID, DENPASAR – Situasi Pandemi CoVid-19 yang berawal dari tahun 2020 membatasi ruang gerak masyarakat dunia terlebih lagi khususnya di Bali yang sebagian besar masyarakatnya bekerja pada sektor pariwisata, begitu pula para pelaku seni yang ada di Bali.
Masa Pandemi ini mengakibatkan para pelaku seni dan pariwisata di Bali banyak yang dirumahkan sampai ada pula yang diPHK.
Namun Hal ini tidak menyurutkan generasi muda yang juga sebagai pelaku seni. Berbagai event kesenian secara virtual di Bali sedikit mewadahi para seniman-seniman muda di Bali saat ini sedang maraknya lomba ogoh-ogoh mini dan sketsa ogoh-ogoh yang diadakan oleh organisasi pemuda di Bali.
Seniman Muda asal Jimbaran I Made Toby Arya Prabawa yang juga turut serta dalam beberapa lomba sketsa ogoh-ogoh terinspirasi dari situasi Pandemi dengan mengangkat judul “Gering Angumbang Sirah” secara etimologi Gering berarti wabah penyakit, Angumbang berarti berkeliaran atau tawon dan Sirah berarti kepala.
Terjemahan dari Judul Gering Angumbang Sirah adalah tawon yang berkeliaran menyebarkan wabah penyakit menyerang pikiran, dengan visualisasi menurut Toby menggambarkan seekor Tawon Raksasa yang dikendalikan oleh seorang brahmana yang sedang menyebarkan virus dan sedang berhadapan dengan seorang ksatria.
Selain terinspirasi dari situasi saat ini yang sedang pandemi mewabah, kisah ini bersumber pada Babad Ksatria dalem di Puri Klungkung diceritakan salah satu Brahmana Puri Klungkung yang melakukan perlawanan terhadap pemerintahan Puri Klungkung sehingga prajurit puri selalu mati terbunuh oleh serangan tawon yang dikendalikan oleh brahmana tersebut melalui pukulan kul-kulnya.
Singkat cerita karena Pemerintah kerajaan kewalahan akibat ulah seorang brahmana tersebut Raja Puri Klungkung mengirimkan surat kepada seluruh Puri yang ada di Bali.
saat itu Puri Pemecutan melaksanakan rapat keluarga untuk membantu Puri Klungkung untuk menaklukan Brahmana Manuaba tersebut yang memiliki kesaktian Tabuan Sirah. Salah seorang keturunan Puri Pemecutan yang bernama Kyai Agung Anom, bersedia untuk menggempur brahmana Manuaba di desa Dawan Klungkung.
Dalam perjalanan menuju dawan klungkung Kyai Agung Anom meminta petuah untuk mengalahkan Brahmana Manuaba kepada salah seorang Brahmana yang masih memihak ke Puri Klungkung, diarahkan Kyai Agung Anom menyerang saat siang hari dengan senjata prakpak (obor) untuk membunuh sarang tawon yang dimiliki oleh Brahmana Manuaba.
Tepat pada siang hari Kyai Agung Anom berangkat melakukan penyerangan ke Desa Dawan untuk menyerang Brahmana Manuaba yang menyebarkan wabah penyakit dengan tawonnya, sesuai dengan petuah yang diarahkan menggunakan prakpak (obor) Kyai Agung Anom dapat membunuh Sarang Tawon milik Brahmana Manuaba dan Brahmana tersebut mengakui kekalahannya.
atas apa yang diperbuat oleh Kyai Agung Anom, diberikan hak untuk mendirikan dan memimpin kerajaan di Desa Dawan, namun karena merasa belum cakap dan cukup umur Kyai Agung Anom menolak dan meminta nama Desa Dawan digunakan sebagai namanya sehingga bergelar Kyai Agung Lanang Dawan.
Dari kisah tersebut Toby begitu panggilan akrabnya pria 23 tahun kelahiran Jimbaran ini membuat visualisasi gambaran sketsa ogoh-ogoh dengan menggambarkan Seekor Tawon Raksasa yang dikendalikan oleh Brahmana Manuaba sedang berhadapan dengan ksatria yaitu Kyai Agung Anom dan wabah tawonnya menyerang para masyarakat, hal ini membuktikan bahwa semanagat anak muda bali di masa Pandemi untuk berkreatfitas tetap ada meskipun dengan segala keterbatasan.
Komentar