INBISNIS.ID, DENPASAR – Kakak Asuh Bali merupakan komunitas sosial yang dicetuskan dari bidang pendidikan, komunitas Anak Alam. Kegiatan utama yang dilakukan yaitu membantu anak-anak yang terancam putus sekolah di Bali agar tetap bersemangat menempuh pendidikan.
Relawan yang tergabung dalam kakak asuh Bali didominasi oleh anak muda Bali. Saat ini jumlah relawan yang aktif tercatat sekitar 70 orang dan sisanya terkadang aktif dan tidak.
Diwawancarai INBISNIS, Luh Putu Krisna Yanti, salah satu pendiri Kakak Asuh Bali mengungkapkan cikal bakal dari lahirnya komunitas sosial ini.
Awalnya, perempuan yang akrab disapa Mbok Krisna tersebut mengatakan, dirinya bertemu dengan anak yang bersekolah dengan berjalan kaki dengan jarak jauh yang mengetuk hatinya untuk membantu.
“Sebelum Mbok (kakak) bersama teman-teman mendirikan Kakak Asuh Bali, Mbok bergabung dalam komunitas Anak Alam dan sering ikut kegiatan sosial seperti baksos ke sekolah-sekolah yang dipelosok Bali. Nah saat baksos bertemu dengan anak-anak disana, mereka bercerita tentang keluarganya, sekolah serta berjalan kaki ke sekolah yang cukup jauh, antara 5 – 7 Km,” ungkap Krisna, Rabu (21/4).
“Dan Mbok tanya apa kalian diberi bekal sekolah? Ada yg tidak bawa uang ke sekolah tapi mereka tetap bersemangat untuk ke sekolah, dari sanalah timbul keinginan Mbok utk membantu mereka yang bersifat berkesinambungan,” lanjutnya.
Dalam membangun Kakak Asuh Bali, Krisna terlebih dahulu mengutarakan hal tersebut kepada Pande Putu Setiawan yang merupakan Founder Anak Alam.
“Mbok mengutarakan keinginan Mbok ke Bli Pande Putu Setiawan Founder Anak Alam dan Mbok dipertemukan dengan beberapa anak-anak muda yang tergabung di Anak Alam,” kata dia.
Pada tahun 2016, lebih dari 1000 anak Bali mengalami putus sekolah dan pada 2016 juga, Kakak Asuh Bali didirikan, yaitu pada 2 Mei 2016 bertepatan pada hari pendidikan nasional untuk menanggulangi kasus tersebut.
“Saat itu tahun 2016 di salah satu media menyebutkan, 1000 lebih anak-anak di Bali mengalami putus sekolah. Yang pertama di Buleleng dan yg ke-2 di Karangasem. Dan Kakak Asuh Bali didirikannya 2 Mei 2016 hari pendidikan nasional,” ucap Krisna.
Krisna juga mengungkapkan alasan dipilihnya nama Kakak Asuh Bali bukan Orang Tua Asuh.
“Kenapa namanya Kakak Asuh Bali bukan orang tua asuh? Mbok ingin mengajak anak muda bali untuk ikut berperan dalam gerakan ini. Mereka agar lebih peka di lingkungannya, bahwa Bali tidak baik-baik saja. Hampir 1000 anak putus sekolah tiap tahunnya,” tukasnya.
Krisna yang telah tiga tahun menjadi koordinator mengatakan, dengan adanya pandemi Covid-19, pihaknya merasakan kendala dalam berkegiatan.
“Sangat terkendala teruta dalam berkegiatan bersama anak-anak. membatasi kunjungan ke rumah-rumah hanya beberapa orang. Biasanya ada saja kakak asuh yang ikut berkunjung tapi saat pandemi kami membatasi,” ujarnya.
Dia berharap, agar remaja dan anak muda Bali dapat berperan dalam menurunkan angka putus sekolah.
“Harapan Mbok, remaja atau anak-anak muda Bali ikut berperan dan menyelamatkan adik-adik mereka yang terancam putus sekolah dan bisa menularkan semangat sekolah kepada adik-adik di pelosok Bali,” harapnya.
Di samping itu, terkait hari Kartini, ia memberikan kiat dan memiliki harapan besar kepada para perempuan karena menurutnya perempuan bisa melakukan banyak hal.
“Kita bisa melakukan hal yg besar apabila kita melihat langsung kondisi mereka. Ikut merasakan, ikut berbaur dan tidak membatasi diri untuk membantu. Perempuan bisa melakukan banyak hal apabila mau melakukannya dan mau menjalani proses. Melakukan kegiatan sosial tidaklah mudah. Banyak kendala yang dihadapi, tapi percayalah akan banyak datang tangan-tangan kebaikan yg ikut membantu,” ujar Krisna.
Perempuan asal Abianbase, Gianyar tersebut enggan mengatakan dirinya sebagai perempuan yang menginspirasi, namun dari penelusuran INBISNIS, ia telah menjadi inspirasi bagi para anak muda di Bali karena perjuangannya dalam memutus angka putus sekolah dan mencerdaskan anak Bali.
Komentar