INBISNIS.ID, LEMBATA – Iskandar, nama yang sedang disebut-sebut oleh sekelompok warga Desa Mahal, Kecamatan Omesuri, Kabupaten Lembata, NTT. Pendamping Program Keluarga Harapan (PKH) tersebut dinilai kurang responsif terhadap tuntutan sekelompok warga yang merasa ada indikasi ketidakadilan. Bukan hanya itu, warga pun merasa dibohongi oleh pendamping PKH.
Salah seorang warga Mahal, Bernadete Bunga mengungkapkan keresahannya terkait kinerja pendamping PKH. Ia menuturkan bahwa sudah sekitar tiga tahun lebih NIK dan kartu rekening miliknya tertukar dengan warga Mahal lainnya yang berasal dari Dusun 3 yang juga memiliki nama sama yakni Bernadete Bunga. Namun, dua warga yang memiliki kesamaan nama ini tidak pernah menyadari kekeliruan data tersebut. Baru kemudian disadari oleh Bernadete Bunga dari Dusun 2, RT. 003. Ia kemudian menyampaikan kepada Bernadete Bunga dari Dusun 3 tetapi yang ia terima hanya buku BRI sedangkan kartu rekening tidak diberikan.
Kekeliruan ini, kemudian pada saat penarikan uang dari PKH, nilainya pun berbeda. Bernadete Bunga dari Dusun 2 yang sesuai data, seharusnya mendapat nilai uang Rp. 1.200.000 terpaksa hanya mendapat Rp. 600.000. Hal ini sudah terjadi berulang-ulang kali. Oleh karena itu, Bernadete Bunga dari Dusun 2 meminta bantuan Iskandar selaku Pendamping PKH untuk menyelesaikan persoalan ini tetapi belum direspons secara serius hingga kini.
“Saya sudah jumpa Bernadete Bunga dari Dusun 3 dan saya omong bilang kami punya NIK itu tertukar. Dia juga tunjuk buku tabungan dan alamatnya jelas tertulis Dusun 2. Artinya itu milik saya, sedangkan rekening dia tidak mau kasih, makanya saya minta bantuan pendamping,” jelas Bernadete Bunga, Warga Desa Mahal dari Dusun 2, RT. 003, Rabu (16/3).
Ia melanjutkan bahwa dirinya amat kecewa karena pendamping sudah berjanji untuk menyelesaikan persoalan ini tetapi ternyata itu hanyalah janji palsu.
Selain Bernadete Bunga, keluhan juga datang dari beberapa warga Desa Mahal lainnya yang menjadi sasaran PKH. Matildis Uba, salah seorang warga Mahal lainnya menuturkan bahwa nilai uang dari PKH yang ia terima mengalami penurunan, padahal di dalam keluarganya terdapat beberapa sasaran, salah satunya anak sekolah.
“Dulu kalau masih pendamping lama itu saya terima di atas satu juta karena ada beberapa sasaran dalam keluarga tapi sejak pendamping diganti ke ade Iskandar nilainya berubah, saya hanya terima 2 ratus lebih. Saya bukan marah ade Iskandar tapi hanya ingin tahu kejelasan saja karena pendamping tidak pernah jelaskan soal ini,” ungkapnya belum lama ini.
Selain itu, Gilde Areq, warga Mahal dari Dusun 2, juga menuturkan keluhannya. Ia mengatakan, pernah menarik uang di agen BRI yang ada di Desa Mahal tapi nilai uangnya kosong, padahal sesuai data, nilai uang dan nama penerima PKH juga sudah tertera sangat jelas.
“Saya dipanggil untuk tarik uang, nama dan nilai uang jelas tertulis tapi pada saat saya tarik uangnya tidak ada. Kira-kira kenapa e?,” tegasnya.
Bukan hanya Gilde Areq, beberapa warga Mahal lainnya yang pernah dijumpai awak media menuturkan hal yang sama. Mereka mengeluh karena data jumlah uang yang diterima berbeda dengan uang yang ditarik dari agen BRI yang ada di Desa Mahal. Lebih aneh lagi, saat mengambil uang di agen BRI yang ada di Desa Mahal, uangnya tidak ada tetapi ketika uang diambil di agen BRI yang ada di desa tetangga atau di Lewoleba, uangnya ada. Hal ini menjadi tanda tanya besar beberapa warga Desa Mahal.
Sementara itu, Dani, warga Mahal yang tiap hari bekerja sebagai tukang kayu menuturkan bahwa ia pernah mengecek jumlah uang bantuan tersebut di salah satu agen BRI di Desa Peusawa, jumlahnya berbeda dengan yang ada di agen BRI Desa Mahal.
“Saya cek di Beda Ola, di Peusawa jumlahnya Rp. 1.260.000 tapi saat cek di sini (Desa Mahal) jumlahnya turun menjadi 1.150.000. Pertanyaannya, uang sisa dikemanakan?,” tanya Dani sambil tersenyum.
Penerima Bantuan Sembako juga Kecewa
Is Belalawe, salah seorang warga Desa Mahal mengungkapkan rasa kekecewaannya karena merasa dibohongi. Mengapa tidak, namanya dipanggil untuk menerima bantuan Sembako berupa beras tetapi pada saat datang untuk menerima bantuan tersebut, tidak ada sesuatu yang ia bawa pulang. Hal ini membuat dirinya kecewa.
“Nama saya ada, dipanggil untuk terima bantuan Sembako tapi saat kami pergi ambil, saya tidak dapat. Kami ini orang tipu gampang-gampang e,” ungkap Is Belalawe.
Lebih lanjut, ia mengatakan, saat rapat beberapa waktu lalu di Kantor Desa Mahal, ia pertanyakan hal ini kepada Iskandar. Namun Iskandar menegaskan bahwa dirinya bukan pendamping bantuan Sembako.
“Saat rapat saya tanya Iskandar karena selama ini dia yang punya tugas untuk beri tahu kami datang dapat Sembako. Tapi dia bilang itu bukan urusannya. Lalu saya tanya lalu kira-kira siapa pendampingnya, Iskandar tidak jawab,” sambungnya. Bukan hanya itu, Is Belalawe juga menceritakan bahwa Iskandar pernah jelaskan kepada dirinya bahwa sekitar seribu lebih warga Lembata yang dicoret namanya dari daftar penerima bantuan Sembako.
“Kalau nama kami dihapus, kenapa masih terdaftar jelas kalau kami ini penerima Sembako?,” tutupnya kecewa.
Selain itu, informasi terkini bahwa kartu rekening milik beberapa warga ditahan oleh Pendamping PKH dengan alasan bahwa dalam keluarga bersangkutan tidak ada anak sekolah. Namun, faktanya bahwa keluarga bersangkutan memiliki anggota keluarga yang masih berstatus sebagai pelajar, lantas kemanakah kartu rekening tersebut? Lebih aneh lagi, ada salah satu keluarga yang namanya terpaksa dicoret dari daftar anggota PKH karena pernah mengkritisi cara kerja Pendamping PKH.
Untuk diketahui, hingga berita ini ditulis, Iskandar, Pendamping PKH Desa Mahal belum bisa dihubungi karena sedang tidak berada di rumah. Wartawan INBISNIS.ID tetap akan terus menggali informasi soal ini dari Iskandar.
(Redaksi)
Komentar