INBISNIS.ID, BALI – Waerebo adalah sebuah desa adat terpencil dan memiliki keunikan tersendiri yang terletak di Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur.
Berada pada ketinggian 1200 meter di atas permukaan laut, kampung ini hanya terdapat 7 rumah utama atau yang disebut sebagai Mbaru Niang.
Perjalanan menuju Waerebo dari Labuan Bajo ataupun dari Ruteng membutuhkan waktu sekitar 3-4 jam jika menggunakan sepeda motor sampai ke Pos 1 dan ditambah perjalanan mendaki menuju lokasi kira-kira 1.5 -2 jam.
Cukup menyenangkan perjalanan menuju Waerebo karena kita akan menjumpai keindahan pemandangan alam perbukitan nan hijau yang memancarkan kesegaran serta diiringi kicauan burung tanpa henti.
Berjalan kaki sambil menikmati kedamaian dan kesederhanaan Desa Waerebo terasa sangat menggembirakan ditambah keramahan penduduk desa yang dijumpai dalam perjalanan.
Sesampainya di Desa Waerebo setelah menempuh perjalanan yang melelahkan namun menyenangkan Anda harus membunyikan lonceng bambu untuk menandakan bahwa akan ada tamu yang datang, selanjutnya akan ada upacara penyambutan yang di lakukan di rumah utama yang di tempati oleh petua adat Waerebo.
Upacara penyambutan selalu membuat para tamu cukup terharu karena ini menandakan bahwa tamu yang datang telah resmi menjadi bagian dari warga Waerebo.
Anda akan dibuat semakin terkesima dengan pemandangan di puncak Desa Waerebo melihat penampakan Tujuh rumah adat nan eksotis yang jadi daya tarik dan keunikan Wae Rebo. Rumah adat itu berbentuk kerucut.
Secara singkat, rumah berbentuk kerucut itu terdiri dari lima tingkat. yaitu tingkat pertama adalah tenda. Ini adalah ruang bagi penghuninya. Pada tingkat ini ada kamar-kamar bagi penghuni. Tingkat kedua adalah lobo tempat untuk menyimpan barang terutama bahan makanan dan barang-barang lain. Tingkat ketiga adalah lentar yang digunakan untuk menyimpan benih. Tingkat keempat adalah lempa rae, yaitu sebagai tempat menyimpan cadangan makanan. Dan, tingkat kelima adalah hekang kode sebagai tempat sakral untuk menyimpan sesaji.
Selain ketujuh rumah adat itu, daya tarik lain adalah cara hidup masyarakat setempat yang masih mempertahankan tradisi dan kearifan budaya. Jika beruntung, banyak atraksi dan ritual budaya yang dilaksanakan sebagai bagian dari cara hidup masyarakat Wae Rebo, seperti penti (upacara syukur panen) dan tarian caci (pertunjukan seni tradisional).
Di samping wisata budaya, Wae Rebo menawarkan keindahan alam. Pemandangan pegunungan juga memberikan nuansa dan kesegaran tersendiri. Wae Rebo diapit oleh pegunungan dengan hutan yang hijau sepanjang tahun. Ada berbagai jenis pohon yang tumbuh di pegunungan sekitarnya. Setidaknya, ada 42 jenis pohon dalam ekosistem hutan Wae Rebo.
Selain mendaki gunung menuju wae Rebo, tawaran lain adalah menikmati pantai Pulau Mules. Pulau Mules berada di Laut Sawu dan tidak jauh dari Dintor. Setelah bermalam di Wae Rebo, wisatawan juga dapat menikmati kemolekan pulau kecil yang ada di sebelah selatan pulau Flores tersebut yang juga disebut pulau cantik
Jika Anda ingin menginap maka telah disediakan guesthouse yang sudah dibentuk menyerupai rumah adat, Air melimpah, ada kamar mandi untuk para tamu, air sangat dingin, listrik hanya menyala jam 18.00 s/d 22.00 dengan genset. Tidak ada sinyal telepon seluler. Jadi benar-benar merasakan dan menikmati hidup di Wae Rebo.
Sedikit tips jika akan berkunjung ke Waerebo, silakan menggunakan pakaian yang nyaman, sandal/sepatu gunung dengan sedikit beban di punggung, siapkan air minum +/- 1.2 liter untuk pendakian naik dan snack secukupnya dan jaket untuk mengusir rasa dingin +/- 10c. Sepanjang perjalanan, ada kemungkinan bisa ketempelan hewan atau lintah. Jadi disarankan untuk memakai kaos kaki. Sangat disarankan juga untuk menggunakan jasa guide (biar nggak salah arah).
Overall, kalau suka hiking dan berpetualang, perjalanan ke Wae Rebo yang terkenal dengan sebutannya “Negeri di Atas Awan” akan jauh lebih berkesan jika cuaca sedang cerah untuk menuju desa.
(Redaksi)
Well, Silahkan tulis pendapatnya di kolom komentar ya.
Komentar