oleh

Ubud Food Festival 2023, Pentingnya Konservasi Tanah

INBISNIS.ID, BALI – Perayaan kuliner papan atas di Asia Tenggara, Ubud Food Festival (UFF) kembali dihadirkan di Ubud dari 30 Juni hingga 2 Juli. Para chef yang ditampilkan akan memasak inovasi terbaru mereka dengan ketepatan citarasa yang tidak lekang waktu. Sementara para pakar makanan akan membantu kita memahami teknologi makanan, praktik-praktik keberlanjutan serta metode perlindungan tanah terkini.

Ubud Food Festival akan menjadi ajang bagi 40 chef, pengusaha, penulis, produsen, petani, pembuat film dan peneliti makanan lokal dan mancanegara ternama berkumpul di Ubud selama tiga hari untuk meramaikan percakapan tentang kekayaan citarasa, kebudayaan dan tradisi makanan.

Program ini akan menampilkan diskusi panel yang menantang pikiran, masterclass yang mendalam, lokakarya, wisata makanan, long-table lunch dan dinner, kegiatan memasok makanan dari hutan, wisata jalan kaki dan pesta koktail. Di malam harinya, Anda dapat bersantai di Festival Hub sembari menikmati kios makanan terbaik di Bali, diiringi dengan pemutaran film, live dan DJ music.

Baca juga :Presiden Jokowi Kunjungi Kawasan Wisata Kuliner Kampung Ujung Labuan Bajo

Tema festival tahun ini, ‘Tanah’ (Soil), adalah konsep inti yang mendasari beberapa acara diskusi yang bertujuan untuk memberi penghormatan kepada ekosistem kehidupan terpenting yang merawat kehidupan manusia, sembari mengikatkan kita pada sistem makanan, warisan kebudayaan dan tradisi kita.

“Sebagai sumber kehidupan, tanah senantiasa memberikan kita apa yang kita butuhkan. Tahun ini kami ingin memberi penghormatan bagi peranan penting dan fundamental yang ia mainkan. Tanah kita adalah seorang ibu spiritual yang bijak, yang seringkali kita lupakan, di waktu bersamaan saat ia selalu memberi kita makan, kita juga perlu memberinya perlindungan,” ujar UFF Founder and Director, Janet DeNeefe.

Baca juga :Berburu Kuliner di Labuan Bajo, Ini Tempat yang Wajib Dikunjungi

Karya seni UFF tahun ini dibuat oleh seorang seniman Bali berusia 14 tahun bernama Ni Wayan Tiksna Gangga, dari Batuan, desa yang terkenal sebagai pusat seni rupa tradisional.

 “Kami memilih seorang gadis muda untuk menciptakan desain tahun ini karena masa depan adalah milik anak muda dan perempuan memainkan peranan penting dalam melestarikan planet kita,” ujar DeNeefe.

 Karya seni Gangga berfokus pada sistem kehidupan bawah tanah yang merupakan sumber gizi untuk semua bahan pangan yang kita santap, mulai dari buah-buahan tropis hingga nasi.

“Bahan-bahan yang saya gunakan untuk karya seni ini berasal dari alam, seperti bunga telang, kulit buah dan arak Bali. Saya memilih materi organik untuk mencerminkan konsep kebudayaan Bali yang mengutamakan keseimbangan antara manusia dan alam. Karya ini juga mengangkat isu pelestarian tanah,” ujar Gangga.

Baca juga :366 Coffee & Resto, Destinasi Wisata Kuliner dan Tempat Nongkrong Asyik di Labuan Bajo

Akan hadir dalam festival tahun ini Chef dan penulis makanan Indonesia Petty Pandean-Elliott, yang dikenal akan kreasi makanan Manado dan sajian Indonesia kontemporer, talenta kuliner Filipina Johanne Siy, yang dinobatkan sebagai Chef Perempuan Terbaik Asia dari lembaga Asia’s 50 Best Restaurant.

Ada juga LG Han, soerang chef yang mendapat peringkat nomor 11 dalam daftar 50 Restoran Terbaik di Asia tahun 2023 dan pemilik Labyrinth, Chef lokal Hans Christian, dari restoran August Jakarta, yang baru-baru ini mendapat penghargaan sebagai One to Watch oleh lembaga Asia’s Best 50 Restaurants, dan masih banyak yang lainnya.

Dari aspek industri pertanian, A.A.Gede Agung Wedhatama dari Bali akan memimpin diskusi mengenai pertanian organik dan pelestarian tanah, sementara Amadeus Driando dari Tempe Movement akan membagikan pengetahuannya yang mendalam soal fermentasi tempe dan isu ketahanan pangan.

Lalu akan menampilkan juga Rahel Stephanie, pendiri Spoons – sebuah klub santap berbasis tanaman. Ia juga fokus untuk memasak makanan otentik Indonesia.

“Saya akan menyoroti bagaimana masakan berbasis tanaman juga bisa membawa kepuasan dan kenikmatan bagi yang menyantapnya. Melalui kegiatan saya, saya bertujuan untuk menyanggah kesalahpahaman bahwa makanan berbasis tanaman rasanya hambar, oleh karena itu rasanya tidak se-memuaskan jenis diet yang lain. [Sesi saya akan] memperkenalkan penggunaan bumbu dan bahan pangan Indonesia yang kreatif dapat memberikan rasa yang nikmat dan memuaskan,” ujar Stephanie.

(Redaksi)

Well, Silahkan tulis pendapatnya di kolom komentar ya.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *