oleh

Ketua Presidium PMKRI Cabang Denpasar: Sudah Saatnya Merubah Paradigma Antroposentrisme ke Ekosentrisme  

INBISNIS.ID, DENPASAR – Ketua Presidium Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Denpasar Sanctus Paulus, Inosius Pati Wedu mengatakan, bahwa sudah saatnya manusia merubah paradigma Antroposentrisme ke paradigma Ekosentrisme saat menjadi narasumber diskusi publik yang diselenggarakan oleh Keluarga Mahasiswa Katolik (KMK) St. Thomas Aquinas Universitas Mahasaraswati di Aula Hotel Gatsu Indah (2/05/22).

Hal ini disampaikan oleh nya berkaitan dengan tema yang diangkat oleh pihak penyelenggara yakni KMK St. Thomas Aquinas yakni “merawat lingkungan, merajut kebhinekaan”.

“Sudah saatnya kita merubah paradigma kita dari Antroposentrisme ke Ekosentrisme, bahwa manusia dan alam serta seluruh makhluk hidup lain adalah setara,” ungkap Ino kepada INBISNIS.ID.

Melanjutkan pemaparannya, dikatakan bahwa berbicara mengenai kebhinekaan merupakan kekayaan negara Indonesia yang harus dihargai. Ia juga meminta agar terus menggaungkan soal nilai-nilai kebangsaan agar Nasionalisme itu tetap melekat pada insan rakyat Republik Indonesia. Ia juga berharap hal ini dapat dilakukan sejak dini, mahasiswa sangat bertanggung jawab untuk menjaga bumi serta jaga Indonesia.

Ketua Presidium PMKRI Cabang Denpasar Sanctus Paulus, Inosius Pati Wedu, saat pemaparan materi di Aula Hotel Gatsu Indah (2/05)

“Indonesia terdiri dari 17.504 pulau dan 1.340 suku bangsa yang patut di banggakan dan dijaga keberagamaan itu, sehingga keutuhan bangsa ini tetap terjaga,” ungkap Ino.

Melanjutkan substansi pembahasannya, Ia mengatakan, bahwa banyak masyarakat yang telah mengkambing hitamkan plastik dalam setiap permasalahan ekologi Indonesia bahkan dunia, namun banyak yang tidak menyoroti sumber permasalahan itu yang baginya adalah manusia itu sendiri.

Manusia merupakan akar permasalahannya, dimana paradigma Antroposentrisme yang menganggap bahwa manusia lebih unggul dari semua organisme lain. Pandangan ini kemudian membawa beberapa manusia nampak neo kapitalisme membabat hutan secara liar sehingga belakangan banyak terjadi bencana diakibatkan oleh berkurangnya ekosistem penghambat bencana itu sendiri.

Disamping itu kebutuhan manusia akan plastik sudah terlanjur tinggi, sehingga pertumbuhan sampah plastik semakin menumpuk yang menurut Kementrian Lingkungan Hidup (KLK) tercatat pada tahun 2021 Indonesia menghasilkan 21,88 juta ton.

Sehingga dengan diskusi publik ini, Ino berharap ada pemahaman baru bagaimana semestinya manusia memandang lingkungan bukan sebagai objek eksploitasi melainkan, bumi adalah rumah yang semestinya dijaga, karena pada hakikatnya manusia membutuhkan alam untuk keberlangsungan hidupnya.

Perlu diketahui paradigma Ekosentrisme adalah perspektif yang mementingkan ekosistem secara keseluruhan, yang berbanding terbalik dengan pemahaman Antroposentrisme.

(Redaksi)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *