oleh

Bertahan Di Tengah Gerimis, Mama Bang Jual Sarung Demi Keluarga

INBISNIS.ID, LEMBATA – Senin (29/11) gerimis jatuh tak henti. Di tengah kerumunan warga yang terbius dengan “gombalan” seorang penjual android yang katanya sedang cuci gudang, tampak di sudut pasar Walangsawa, Mama Bang Karudin tersenyum sendiri.

Ia bertahan di sebuah gubuk kecil sebagai tempat menjual sarung bermotif lokal daerah Kedang Lembata. Rupanya, hingga pukul 14.00 WITA, belum seorang pun yang datang membeli sarung yang ia tenun dengan susah payah di tempat tinggalnya, di desa Kalikur, Kecamatan Buyasuri, jauh di pesisir utara wilayah Kedang.

“Siang juga anak, bagaimana mau beli sarung kh?,” tanya Mama Bang Samsudin pada wartawan media ini sambil tersenyum. Rupanya sudah terngiang dalam pikirannya kalau ada yang akan membeli sarungnya. Setelah diajak bicara, di situlah ia tahu kalau INBISNIS.ID mau menggali lika-liku kehidupannya sebagai seorang penjual sarung.

Menurut istri dari bapak Madjid tersebut, salah satu tujuan ia menjual sarung yakni membantu rumah tangganya yang kini sedang dalam proses pembuatan rumah. Ia menjual beberapa jenis sarung khas daerah Kedang dengan harga bervariasi. Ada yang dijual dengan harga Rp. 250.000; ada pula yang lebih mahal yakni Rp. 500.000. Lumayan mahal tapi itulah keputusan harga di balik sebuah pekerjaan panjang, menenun sarung. Benang-benang pelangi yang membentuk sarung tersebut, ia beli sendiri di Weiriang, Ibu Kota Kecamatan Buyasuri.

“Sarung ini saya tenun sendiri di kampung, sedangkan benang-benang ini saya beli di Weiriang,” jelas mama Bang Samsudin. Lanjutnya, sebelumnya, banyak warga yang membeli sarung, tapi hari ini Senin (29/11) belum ada yang datang ke gubuk kecil di sudut pasar Walangsawa, mungkin karena terhalang gerimis yang tak kunjung henti. Walaupun demikian, akunya, pada hari-hari pasar sebelumnya, ia mendapatkan keuntungan dari hasil menjual sarung. Ada yang membeli hingga Rp. 500.000. Biasanya, mereka membeli di pasar tetapi juga kadang-kadang ada yang datang dan pesan langsung di tempat ia menenun, di Kalikur.

Perjuangan mama Bang Samsudin yang tetap konsisten menenun sarung ini, tidak pernah alpa dari kepedulian pemerintah Daerah Lembata. Sebab, mama Bang Samsudin juga pernah dikunjungi oleh pihak pemerintah ke desa Kalikur untuk melihat langsung proses kerja menenun sarung.

“Mereka pernah datang lihat-lihat kami juga beri pelatihan. Kami saat ini juga dibentuk dalam kelompok menenun desa Kalikur,” jelasnya detail.

Mama Bang Samsudin adalah seorang pejuang. Ia bukan hanya hidup di dapur, ia juga bekerja membantu suami dan dua anaknya yang kini merantau mengadu nasib di Batam.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *