INBISNIS.ID, MAKASSAR – Prediksi BMKG bahwa akan terjadi cuaca ekstrem di 14 kabupaten/kota di Sulawesi Selatan sejak 20-23 Februari terbukti benar, telah menjadikam beberapa daerah kebanjiran.
Kota Makassar yang sejak Senin (20/2) diguyur hujan lebat mengakibatkan beberapa area pemukiman yang memang langganan banjir, sehingga pemukimnya mulai mengungsi. Pemukim di Perumnas Antang Blok 10 sejak tadi malam sudah mulai mengungsi ke Masjid yang terdekat.
Menurut Camat Manggala ada 15 KK dengan jumlah keluarga 50 orang telah diungsikan ke Madjid Jabal Nur Manggala.
Andi Jacub Tarfin yang tinggal di BTN Minasa Upa N9/35 sudah mengantisipasi sejak pagi. Keluarga sudah mengungsi ke rumah saudara yang lain, sementara ia tinggal untuk mengamankan barang-barang. Banjir sudah setinggi lutut dalam rumah dan hampir tidak ada tempat mengungsi karena semua Masjid di kompleks ini terendam.
“Orangtua sudah mengungsi ke rumah Adik, sementara saya tinggal untuk mengamankan barang-barang. Banjir sudah setinggi lutut dalam rumah dan hampir tidak ada tempat mengungsi karena semua Masjid di kompleks ini terendam,” akunya prihatin.
“Sebenarnya bagi kami di Puskesmas Antang setiap saat berjaga jaga. Hanya kalau musim hujan seperti ini, jumlah nakes yang ditugaskan intuk setiap shift ditambah. Sekarang kami sudah pantau pengungsi di berbagài Masjid Manggala, Borong, Antang sesuai arahan Kepala Dinas Kesehatan dan Pak Camat. Umumnya kalau banjir seperti ini pengungsi banyak mengalami flu, batuk, demam. Yang kami awasi ketat jangan sampai ada yang diare, sebab penanganannya agak sulit karena harus dirawat di Puskesmas,” ungkap Kepala Puskesmas Dr Bahrul S.Ked SpKKLP kepada INBISNIS.ID, Selasa (22/2).
Setiap musim hujan, warga Antang memantau debet air di Waduk alamiah Antang. Bila sudah meluber ke jalanan pasti beberapa pemukiman akan terendam. Masalahnya Antang kayak kuwali, sebelah Barat, Timur dan Selatan agak tinggi. Jadi semua air bah mengalir ke situ.
“Bila sudah meluber ke jalanan pasti beberapa pemukiman akan terendam. Waduk ini perlu dijadikan waduk modern dengan memperdalam dan membuat tanggul sekelilingnya. Ini tidak pernah dilakukan Pemda, padahal cukup luas,” tutur Idha yang rumahnya di area ketinggian.
Daeng Sarro, Ketua RT setempat merasa heran, sebab banjir menjadi jadi padahal sudah ada Kolam Regulasi Nipah Nipah seluas 85.000 Ha.
“Ternyata Kolam Regulasi Nipah Nipah juga sudah meluber ke jalan airnya, padahal dalamnya 7 meter,” tandasnya dengan nada was was.
(A Rivai Pakki/HS)
Komentar