INBISNIS.ID, DENPASAR – Mendaki gunung merupakan aktivitas outdoor yang memadukan antara wisata dan olahraga. Aktivitas ini sangat digemari oleh para pecinta alam dan penggiat alam bebas.
Pada masa pandemi, sesuai dengan protokol kesehatan, pemerintah telah membentuk peraturan tentang pembatasan jumlah kerumunan, sehingga segala aktivitas termasuk pendakian gunung akan menerapkan protokol kesehatan, dan pendakian akan terasa berbeda dari sebelumnya.
Melalui pernyataan Presiden Joko Widodo bahwa pada kisaran bulan juni-juli 2021, pariwisata Bali akan kembali dibuka, maka beberapa destinasi pariwisata telah menyiapkan hal-hal yang dapat menyokong pembukaan pariwisata Bali.
Dalam menyambut era baru tersebut, Asosiasi Pemandu Gunung Indonesia (APGI) Bali mewadahi para pendaki, pemandu pendakian serta pecinta alam terbuka dalam kegiatan Ngobrol bareng APGI.
Kegiatan tersebut membahas terkait Wisata Pendakian Di Era New Normal dengan narasumber Ketua Umum Pengurus Pusat APGI, Vita Landra serta Ketua Dewan Pengurus Provinsi (DPProv) APGI Bali, I Ketut Mudiada.
Dihubungi INBISNIS, Minggu (18/4), I Ketut Mudiada menjelaskan, dalam melakukan pendakian, setiap pendaki harus mempersiapkan perlengkapannya dengan baik dan detail.
“Jikalau kita akan melakukan pendiakian gunung atau memandu wisata gunung alangkah baiknya melakukan persiapan dengan baik dan matang, contohnya dari segi mencari informasi tentang gunung yang dikunjungi dengan detail, kedua menyiapkan apa yang jadi tupoksi dari gunung-gunung yang dikunjungi, mungkin perizinan dan lain-lain agar pendakian aman dan nyaman,” kata dia.
Terkait protokol kesehatan, dirinya mengatakan bahwa pada saat ini dan era new normal nantinya, diharapkan para pendaki untuk tetap mengikuti aturan pemerintah dan masing-masing tempat pendakian.
“Kalau di tempat gunung tersebut diberlakukan misalnya tes rapid, mesti kita melengkapi dengan rapid, misalnya dengan GeNose, ya kita ikuti. Selain itu, kita melakukan pendakian gunung menerapkan protokol kesehatan yang ditetapkan pemerintah,” ujar Mudiada yang telah menjadi pemandu pendakian gunung sejak tahun 1994.
“Mengikuti protokol dengan menggunakan masker, mengatur jarak, dan mencuci tangan jika ada suplai air atau menggunakan hand sanitizer. Salah satu contoh untuk menjaga jarak pada saat kita melakukan pendakian, untuk di lokasi kita camping, usahakan jarak tenda 1 dan tenda lainnya ya 2 meter lah,” lanjutnya.
Mudiada melanjutkan, untuk para pendaki diharapkan membawa perlengkapan pribadi dan menggunakan secara bergantian untuk menghindari kontak langsung.
“Perlengkapan yang kita pakai usahakan kita memakai dan menyiapkan perlengkapan pribadi, contohnya perlengkapan makan seperti piring, sendok dan tidak disharing, sehingga meminimalisir kemungkinan adanya penyebaran Covid-19, ini yang dapat, ini untuk di era new normal ini” ungkapnya.
Ia lanjut menuturkan, pada saat bertemu sesama pendaki, para pendaki wajib menggunakan masker, namun hal tersebut dikecualikan jika sedang berada pada posisi yang terjal dan jauh dari pendaki lain.
“Saat kita kontak bersama pendaki dan berkomunikasi kita gunakan masker, pada saat kita sendiri, jaraknya jauh dari pendaki lain dan tidak berkomunikasi, kita bisa membuka masker, karena kalau pada jalan yang terjal menggunakan masker, susah kita nafasnya,” ujar pria asal Desa Dukuh, Karangasem tersebut.
(Redaksi)
Komentar