oleh

YPPS Gandeng Tujuh Desa di Flotim Tanggapi Isu Perubahan Iklim

-Daerah-601 views

INBISNIS.ID, LARANTUKA – Yayasan Pengkajian dan Pengembangan Sosial (YPPS) menggelar kegiatan pendalaman perubahan iklim bertajuk Voice for Inclusiveness Climate Resilience Actions (VICRA) atau Suara untuk Aksi Ketahanan Iklim yang Inklusif.

Kegiatan ini dihadiri tujuh Kepala Desa bersama beberapa elemen masyarakat secara terpusat di ruangan pertemuan YPPS, Kelurahan Waibalun, Kecamatan Larantuka, Kabupaten Flores Timur, Selasa (05/04/2022).

Selama proses berlangsung, para peserta tampak antusias bertukar gagasan sambil memaparkan semua kondisi di desanya masing-masing, baik dari aspek manusia, alam, infrastruktur, sosial, maupun finansial.

Manajer Program YPPS, Magdalena Rianghepat menuturkan, program VICRA bertujuan untuk menciptakan ruang advokasi bagi masyarakat yang rentan terhadap isu perubahan iklim, sehingga mempunyai determinasi dalam aksi ketahanan iklim.

“Tujuannya untuk menciptakan ruang masyarakat bagi petani yang rentan, memungkinkan mereka untuk berpartisipasi dan mengadvokasi posisi mereka,” ujarnya kepada wartawan saat memasuki sesi coffee break.

Ia mengatakan, setelah semua aspek sudah dikaji, langkah selanjutnya yaitu memetakan upaya perbaikan potensi bencana sesuai tingkat kerentanan yang ada di masing-masing desa. Langkah-langkah itu dianggap mampu mengurangi korban saat bencana.

“Dari aspek manusia, sosial, alam, infrastruktur, dan finansial, kita akan memetakan sehingga kedepan punya langkah perbaikan untuk mengurangi resiko berlebihan. Paling utama resiko manusianya,” ucapnya.

Sesuai target pendampingan, kata Magdalena, pihaknya menyasar tujuh desa yang didampingi sejak tiga tahun terakhir. Tujuh desa tersebut diantaranya Desa Kimakamak, Desa Bedalewun, Desa Nelelamawangi, Desa Gekeng Deran, Desa Lewobunga, Desa Lewomuda, dan Desa Halanlangowuyo.

“Ada tujuh desa yang kita dampingi tapi Desa Halanlangowuyo berhalangan, jadi saat ini hanya enam desa yang terlibat,” paparnya.

Ia menambahkan desa-desa tersebut merupakan wilayah dengan tingkat kerentanan cukup tinggi. Selain bencana banjir, sebagian besar desa dampingan juga dilanda kekeringan atau krisis air.

Magdalena berikhtiar melalui program VICRA yang sudah dicanangkan dapat membawa perubahan signifikan bagi masyarakat khususnya para petani di Flores Timur yang sering mengalami kekeringan lahan.

“Dari kajian ini dampaknya luar biasa karena sebagian besar masyarakat kita adalah petani. Jadi penanganan harus serius, karena jika tidak, saat dihadapkan dengan kekeringan maka pasti hancur-hancuran,” terang wanita 30-an tahun itu.

(Redaksi)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *