INBISNIS.ID, LEMBATA – Di Indonesia, terdapat beragam suku bangsa dengan ciri khasnya masing-masing; ada bahasa daerah, filsafat hidup, keyakinan tradisional dan sebagainya. Semua kekayaan tersebut patut disyukuri dan mesti menjadi kebanggaan kita sebagai anak bangsa.
Selain berbicara tentang Indonesia secara umum, kita coba masuk ke wilayah NTT. Di Nusa Tenggara Timur sendiri terdapat banyak suku bangsa. Hal ini didukung juga oleh situasi geografis daerah NTT. Terdapat banyak pulau baik kecil pun besar, baik yang berpenghuni pun tidak, baik yang ada nama maupun yang belum. Ada tiga pulau besar yakni Timor, Sumba dan Flores. Selain itu, masuk dalam kategori pulau kecil.
Sedangkan tentang jumlah suku bangsa, di NTT sendiri terdapat lebih dari 10 suku. Suku-suku tersebut yakni di pulau Timor terdapat suku bangsa Dawan, Tetun dan Helong. Suku bangsa Rote dan Sabu. Suku Sumba di Pulau Sumba. Di Flores ada suku bangsa Manggarai, Ngada, Maung, Rongga, Naga Keo, Palue, Ende, Sikka, Lamaholot (Flores Timur dan sebagian Lembata), dan juga ada suku Kedang di bagian timur pulau Lembata. Di Alor ada suku Blagar, Deing, Lamma, Abui, Kowel, Kamang, Kolana, Kramang, Kui, Malua, Seboda, Wersin, Maneta, Wululi dan Kelong.
Demikian beberapa suku bangsa yang tercatat oleh Pemerintah NTT. Barangkali masih banyak yang belum tercatat (Tentang suku bangsa di atas, baca Jes A. Therik, Mengenal Nusa Tenggara Timur, 1997: 14-57).
Dari semua suku bangsa tersebut, ada satu hal unik yang mau dibahas tentang sebuah tradisi yang ada di dalam kehidupan orang Kedang atau suku bangsa Kedang di Kabupaten Lembata. Yang dimaksudkan yaitu soal pantang makan pada musim hujan. Akan dibahas di bawah ini.
Orang Kedang Tidak Makan
Pertanyaannya; mengapa orang Kedang tidak makan? Jenis makanan apa saja yang tidak dimakan? Apa alasannya? Pertanyaan-pertanyaan tersebut akan dijawab setelah ini.
Dalam keyakinan orang Kedang, ada beberapa jenis makanan yang pantang dikonsumsi pada musim hujan. Sebab jika dilanggar akan ada malapetaka yaitu tersambar petir. Makanan-makanan tersebut yakni daun kelor dicampur dengan telur ayam, daun kelor dicampur dengan gurita, daun kelor dicampur daging ayam, daun kelor dicampur dengan daging kambing atau juga daun kemangi dicampur gurita. Makanan-makanan ini tidak boleh dimakan bersamaan pada saat makan. Jadi kalau mau makan, harus dipisahkan. Misalnya cukup makan nasi dengan telur tanpa harus ada sayur kelor (motong).
Jenis-jenis makanan ini sangat “takut” dikonsumsi oleh orang Kedang pada musim hujan. Memang secara ilmiah, kebiasaan ini pasti dianggap mitos palsu belaka, tetapi secara budaya dan fakta sosial di Kedang, ini adalah realitas yang terjadi hingga kini. Sampai sekarang, orangtua selalu mengingatkan dan mewariskan jenis tabu seperti ini. Makanya, sangat ditaati.
Bukan hanya mereka yang saat ini menetap di tanah Kedang, melainkan juga yang di luar termasuk penulis sendiri yang pernah menetap di Maumere, Kabupaten Sikka. Secara psikologis, saya masih terpengaruh oleh kebiasaan tersebut. makanya, biarpun berdomisili di luar Kedang, masih taat pada tabu tersebut.
Mengapa mereka takut mengonsumsi jenis-jenis makanan tersebut? Jawabannya ialah adanya hukum alam yang membuat mereka taat pada jenis tabu tersebut. Hukum tersebut yakni akan ada sambaran petir pada orang yang melanggarnya. Ketika penulis masih duduk di bangku SD, sering terjadi sambaran petir yang menghancurkan rumah atau hasil alam milik orang-orang tertentu. Ketika diusut ternyata, orang-orang tersebut mengakui bahwa mereka melanggar tabu. Kelakuan tersebut dibuat secara sengaja. Atau dengan kata lain, mereka ingin mencoba-coba atau mencari tahu kebenarannya. Makanya, mereka memberanikan diri untuk mengonsumsi jenis-jenis makanan yang sudah dilarang sejak zaman kapak.
Entah ini ilmiah atau tidak tetapi namanya sebuah keyakinan perlu dihormati. Kita tidak boleh mencap secara bebas bahwa kebiasaan tersebut adalah tindakan irasional. Kita mestinya mencari tahu lebih dalam alasan di balik semua itu. Jadi jika Anda ingin melihat secara langsung, datanglah ke Kedang. Di sana, Anda pasti dilarang untuk mengkonsumsi jenis makanan tersebut pada musim hujan. Ayo ke Kedang dan cari tahu sendiri.
(Antonius Rian/Redaksi)
Komentar