INBISNIS.ID, BALI – Pada tahun 2023, prospek sektor properti di Indonesia diprediksi masih akan bergerak positif sejalan dengan proyeksi pemerintah dan IMF yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat mencapai angka sekitar 5 persen.
Meskipun suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) telah mengalami kenaikan sebesar 225 basis poin selama 7 bulan terakhir, sektor properti tetap menjadi primadona karena tingginya kebutuhan akan properti untuk hunian maupun keperluan komersial.
“Pandemi COVID-19 ini adalah tantangan terbesar ketiga yang kita hadapi bersama setelah Krisis Moneter 1998 dan Krisis Keuangan Global 2008. Namun, yang menarik, di masa pandemi ini, bisnis kita berhasil menjual jenis properti yang sebelumnya mungkin beberapa di antara kita anggap sebagai hal yang tidak mungkin dilakukan,” ungkap Country Director of Ray White Indonesia, Johann Boyke Nurtanio, seperti yang dilansir liputan6.com, Jumat (21/7/2023).
Baca juga :Kavling Pantai Pasir Putih, Ramaikan Geliat Bisnis Property
Dengan tingginya tingkat inflasi dunia dan Indonesia pada tahun sebelumnya, masyarakat semakin sadar akan manfaat investasi di sektor properti yang dapat berfungsi sebagai perlindungan terhadap kenaikan inflasi tinggi.
Namun demikian, kondisi pasar properti di tahun 2023, terutama di pasar utama, masih sangat bergantung pada stimulus pemerintah untuk meningkatkan permintaan dan mendukung perusahaan properti dalam menyediakan produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen.
Baca juga :Kavling Torobembe, Pilihan Bijak Berinvestasi di Labuan Bajo
Pemulihan ekonomi Indonesia yang kuat dan tingkat daya beli konsumen yang mulai pulih setelah pandemi diharapkan menjadi katalis bagi stabilnya permintaan pada industri properti. Oleh karena itu, pemerintah menerapkan berbagai kebijakan untuk mendukung pemulihan sektor ini, seperti memberlakukan kebijakan relaksasi rasio loan to value (LTV) untuk kredit properti dari perbankan menjadi maksimal 100 persen (tanpa DP).
Dengan relaksasi kebijakan tersebut, Kredit Pemilikan Rumah (KPR) diproyeksikan akan mengalami pertumbuhan sebesar 10-12 persen. Hal ini juga didukung oleh tingginya kebutuhan akan hunian sebanyak 12,75 juta backlog (kurangnya pasokan) perumahan. Ditambah lagi dengan potensi 700.000 hingga 800.000 keluarga baru, terutama dari generasi milenial, yang muncul setiap tahunnya.
Hal ini berdasarkan yang dikutip media INBISNIS.ID, Rabu (26/7/2023).
Kondisi tersebut membuat pengembang membangun produk hunian anyar kendati tengah memasuki tahun politik.
GM Corporate Marketing Communication Damai Putra Group Monique Hardjoko meyakini sepanjang tahun ini, sektor properti terlihat adanya pergerakan positif dan akan semakin bertumbuh. Hal itu juga didorong kondisi ekonomi yang mengalami pertumbuhan positif.
“Ditargetkan penjualan sebanyak 8 unit per bulan dari total 72 unit,” ujar Monique, Jumat (21/7).
(Redaksi)
Well, Silahkan tulis pendapatnya di kolom komentar ya.
Komentar