oleh

Prakiraan Cuaca Berbasis Dampak, Labuan Bajo Jadi Pilihan Utama

INBISNIS.ID, MABAR – Destinasi pariwisata super prioritas Labuan Bajo di Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT) dijadikan pemerintah sebagai pilot project Impact Based Forecast (IBF) atau penyediaan sistem informasi prakiraan cuaca berbasis dampak.

Hal ini disebabkan pariwisata Labuan Bajo memiliki potensi risiko tinggi, terutama untuk aktivitas bahari yang sangat mengandalkan informasi cuaca.

Penyediaan IBF di destinasi pariwisata Labuan Bajo sebagai tindak lanjut BMKG dan Kemenparekraf dalam diskusi di Jakarta pada 20 Agustus 2024. Mulai dari pengumpulan data historis dan integrasi data pariwisata terkini, seperti kejadian bencana, jumlah pengunjung, dan informasi terkait lainnya.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) berkolaborasi dengan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) serta Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores (BPOLBF) untuk merancang IBF.

“Upaya penyediaan sistem IBF ini dilakukan sebagai bentuk respons terhadap berbagai kecelakaan wisata yang kerap terjadi di destinasi pariwisata, salah satunya di Labuan Bajo,” kata Frans dalam keterangannya, Kamis (19/9/2024).

Frans menjelaskan, IBF merupakan paradigma prakiraan cuaca yang menyertakan informasi dampak dan respons. Sistem ini tidak hanya memprediksi kondisi cuaca. Namun, memberikan informasi tentang dampak cuaca terhadap aktivitas wisata.

“Informasi ini dikeluarkan pada saat yang dibutuhkan seperti saat ada potensi cuaca signifikan atau ekstrem yang memberikan dampak dan tidak regular seperti prakiraan cuaca konvensional,” terang Frans.

“Kami berharap sistem ini bisa sekaligus menjadi bagian dari replikasi. Bilamana sistem IBF ini berhasil bisa menjadi contoh untuk destinasi-destinasi lain,” lanjut Frans.

Menurutnya, kecelakaan wisata yang kerap terjadi berdampak kepada reputasi dan rating pariwisata Labuan Bajo secara keseluruhan yang dianggap beresiko tinggi sebagai destinasi pariwisata yang aman dan nyaman.

“Kami berharap sistem yang sedang dirancang ini bisa menjadi modal bagi pengelola pariwisata kita. Dengan kerja konkret ini, kita bisa meningkatkan keyakinan bahwa SDM kita bisa menghasilkan pelayanan yang optimal untuk menjamin keamanan dan kenyamanan bagi pengunjung,” kata Frans.

(Redaksi)

Well, Silahkan tulis pendapatnya di kolom komentar ya.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *