INBISNIS.ID, BALI – Berbagai survei menunjukan kalau sektor bisnis properti merupakan salah satu sektor bisnis yang masih akan terus meningkat karena memiliki pasar yang sangat besar.
Namun pihak pengembang di Indonesia dihimbau untuk mewaspadai sejumlah sentimen negatif yang membayangi kinerja sektor properti pada 2023.
Seperti kita ketahui bersama, sentimen negatif tak hanya ancaman resesi dan kenaikan bunga KPR, namun sektor properti masih menghadapi sejumlah tantangan pada tahun 2023.
Baca juga : Kavling Long Beach Sumba
Seperti yang dilansir bisnis.com, Senior Researcher Knight Frank Indonesia, Syarifah Syaukat, menerangkan, berdasarkan Property Outlook Survey 2023, sebanyak 59 persen responden optimistis ekonomi global tak akan mempengaruhi pertumbuhan properti di dalam negeri.
“Mereka menilai situasi ekonomi global tidak terlalu berpengaruh terhadap pertumbuhan sektor properti di dalam negeri. Namun, ada 5 risiko utama yang dicatatkan oleh para responden sebagai hal yang perlu diwaspadai di tahun depan,” kata Syarifah dalam paparannya beberapa waktu lalu.
Pertama, terkait dampak pandemi Covid-19 yang berkelanjutan. Menurutnya, setelah 2 tahun pandemi berlangsung, kekhawatiran akan proses pemulihan masih pekat di tengah pasar properti.
Baca juga : Kavling Pantai Surfing, Menjawab Tren Positif Bisnis Property
Di sisi lain, sentimen kenaikan inflasi pun menjadi kewaspadaan stakeholder di industri ini. Tingkat inflasi pada November 2022 tercatat melandai ke angka 5,42 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Angka tersebut turun dari inflasi bulan Oktober di level 5,71 persen yoy.
Di samping itu, persiapan tahun politik, pengangguran dan kenaikan suku bunga acuan menjadi 3 tantangan lain yang perlu diwaspadai untuk tahun depan.
“Para responden juga mewaspadai berbagai potensi risiko yang bisa mengganggu perkembangan sektor properti, seperti dampak pandemi yang berkelanjutan, kenaikan inflasi, dan semakin dekatnya pemilu,” ujarnya.
Sebagai informasi, responden dalam survei tersebut merupakan seluruh stakeholder properti, seperti developer, investor, konsultan, pengamat properti, perbankan dan pemerintah.
Meski demikian, ada beberapa subsektor properti yang diprediksi prospektif, misalnya landed house atau rumah tapak yang paling banyak dipilih responden. Subsektor lainnya meliputi industri, pergudangan modern, ritel, hotel, dan villa resor.
“Sementara untuk subsektor perkantoran dinilai masih stagnan dan apartemen strata cenderung melemah,” ungkapnya.
Survei juga menangkap adanya kecenderungan pasar, 66 persen responden, untuk wait and see pemulihan sektor properti dalam 3-5 tahun ke depan karena masuknya Indonesia pada persiapan menjelang tahun politik di 2024 nanti.
(Redaksi)
Well, Silahkan tulis pendapatnya di kolom komentar ya.
Komentar