INBISNIS.ID, BADUNG – Yayasan Penyu Indonesia menyatakan keberadaan penyu akan semakin terancam karena adanya eksploitasi, perdagangan, kerusakan habitat, global warming, persoalan ini besar kemungkinan akan membuat tempat habitat penyu itu berubah.
Berkenaan dengan hal tersebut Yayasan Penyu Indonesia bekerja keras agar keberadan penyu tetap terjaga dengan melakukan pengontrolan di titik point yang memang menjadi rawan terjadinya jual beli sisik penyu.
Kebetulan kantor pusat ada di Denpasar Selatan, Bali, sejauh ini Yayasan Penyu Indonesia sudah menurunkan tim dengan bekerja selama 24 jam di tempat-tempat yang memang rawan eksploitasi penyu, seperti di Kabupaten Berau. Hal ini katakan Mohamad Jayuli, pada Jumat (19/11/2021)
“Kami sudah menempatkan tim yang bekerja untuk melakukan pengawasan di sana selama 24 jam di Kabupaten Brau, Kami ada program konservasi penyu Kami ada perlindungan penyu di Dua pulau seperti di pulau kecil yang ada di kecamatan Maratua namya Pulau Brambang, dan pulau Sambit. Disitu menjadi tempat tanpa penghuni tapi menjadi habitat penyu hijau dan penyu sisik,”ungkapnya
Mohamad Jayuli, selain itu Yayasan Penyu indonesia juga melakukan monitoring di Sumatera, Mentawai, Sipora, dan tugasnya sama untuk memonitor terjadinya transaksi jual beli terhadap Raptil Laut ini.
“Kita juga melakukan hal yang sama di Sumatera, Mentawai, Sipora. Spesies penyu di sana itu, penyu Belimbing, kemudian di Selaut besar, Simelu itu juga kami melakukan hal yang sama itu untuk perlindungan Penyu Belimbing,” ungkapnya
Yayasan Penyu Indonesia pun mengajak masyarakat memohon agar tidak memanfaatkan produk-produk dari penyu sisik, mengingat penyu sisik adalah salah satu penyu yang paling langkah di dunia.
“Kebetulan pusat koordinasi kampanye itu di Bali, untuk anti perdagangan sisik kami memberikan pemahaman kepada masyarakat agar tidak lagi memakai produk-produk yang terbuat dari penyu sisik. Karena penyu sisik jadi salah satu penyu yang paling langkah di dunia,” tutupnya.
Komentar