INBISNIS. ID, BADUNG – Aliansi Pelaku Pariwisata Marginal Bali (APPMB) menyambut baik atas mengaktifkan kembali penerbangan langsung dari Sydney, Australia ke Bali pasca pandemi Covid 19.
Dikatakan, dengan dibukanya penerbangan Sydney-Denpasar tersebut suatu harapan dan kelegaan yang sangat besar bagi pariwisata Bali. Karena pada kenyataan tamu yang paling berkontribusi buat pariwisata di Bali adalah Australia.
Karena itu pihaknya mengapresiasi terhadap pemerintah pusat terutama kemenko marves dan pemerintah provinsi Bali yang telah memenuhi harapan baru bagi industri Pariwisata di Bali.
“Terkait flight dari Sydney-Denpasar kita apresiasi terhadap pemerintah pusat dalam hal ini Kemenko marves dan pemerintah provinsi Bali yang telah memenuhi harapan baru buat pariwisata Bali,” ujar I Wayan Puspa Negara selaku ketua Aliansi Pelaku Pariwisata Marginal Bali APPMB pada, Sabtu ( (5/3/22).
Puspa menjelaskan, secara data Stastistik tamu yang paling banyak kunjung ke Bali itu adalah dari Australia dan disusul oleh tamu Tiongkok makanya dengan dibuknya penerbangan dari Sedney-Denpasar tersebut suatu harapan baru buat pariwisata di Bali.
“Sejauh ini secara statistik tamu Australia yang paling banyak berlibur ke Bali dan berdasarkan data tahun 2018 angka kunjungannya dari Australia sampai 1, 2 juta dan disusul Tiongkok 1,1 juta,” kata Puspa.
Selain itu, Puspa Negara juga mengapresi atas rapat kordinasi (Rakor) yang dilakuan oleh lima jajaran kementrian yang dengan tujuan untuk melakukan percoban bebas karantina atau Bali of karantina mulai 7 maret.
“Dengan adanya hasil Rakor dari Gubernur bersama kementerian. Jadi, ada lima kementerian diantaranya kementerian perhubungan, kementerian kesehatan, kementerian pariwisata, Kemenkumham, dan kemenlu serta satgas Covid tentu kita patut apresiasi dengan langkah akan dilakukan uji coba bebas karantina atau Bali of mulai 7 Maret,” ungkapnya.
Terkait Visa on Arrival, pihaknya berharap agar Visa on Arrival kembali diberlakukan biar tamu yang datang berlibur ke Bali tidak merasa beban dan dipersulit karena adanya visa ensensial atau visa bisnis atau visa B2A11.
“Pemberlakuan visa on the arival inilah yang kita tunggu-tunggu. Karena memang wisatawan yang masuk ke Bali kan masih sulit karena adanya pemberlakuakn visa esensial atau visa bisnis atau visa B2A11. Kita harapkan visa on arrival kembali diberlakukan karena visa on Arrival ini kan murah. Jadi, visa on arrival tujuh hari kena 10 dolar, untuk 30 hari atau satu bulan mereka kena 35 US Dollar. Oleh karena itu kita berharap visa on arrival ini kembali diberlakukan oleh pemerintah,” terangnya.
Lebih lanjut ia mengatakan, pihaknya sangat senang karena pada 7 Maret 2022 ini pemerintah akan memulai berlaku bebas karantina dan pemberlakuan visa on arrival (VOA) untuk wisatawan masuk ke Bali, karena itu pihaknya menganggap hal tersebut sebagai momentum kebangkitan pariwisata di Bali.
“Kami sangat merasa bangga karean tanggal 7 pemerintah akan mulai berlaku bebas karantina dan pemberlakuan visa one arrival (VOA) untuk wisatawan yang masuk ke Bali, dan inilah sesungguhnya momentum kebangkitan pariwisata Bali,” tutupnya.
(Redaksi)
Komentar