oleh

Pembentukan Karakter Membangun Keluarga dengan LOVE

INBISNIS.ID, BALIKebahagiaan dalam rumah tangga adalah fondasi penting untuk kesejahteraan pribadi dan keluarga. Ketika keluarga harmonis, setiap anggota keluarga merasa lebih dihargai, dicintai, dan aman.

Meskipun keluarga bahagia adalah idaman, sering kali terjadi konflik dan kesalahpahaman yang kadangkala dapat mempengaruhi hubungan kita satu sama lain. 

Ingat, kebahagiaan dalam rumah tangga tidak datang begitu saja, tetapi merupakan hasil dari kerja sama, komitmen, pengertian, dan kesabaran dari setiap anggota keluarga. Mari kita simak percakapan inspiratif Mr. Hauw dan Ms Gandhy dalam membangun keluarga yang bahagia dengan LOVE:

Mr. Hauw: “Selamat pagi, Ms. Gandhy dan Mr. Bob. Hari ini yuk kita bedah satu kata sederhana, tapi bisa mengubah hidup: LOVE. Ini bukan sekadar kata, tapi strategi membangun karakter keluarga dan siswa yang damai, bahagia, dan tangguh.

Ms. Gandhy: “Saya sudah coba prinsip LOVE ini di rumah. Hasilnya? Anak-anak jadi lebih terbuka dan jarang konflik. LOVE memberi “vitamin hati, anak jadi lebih sehat, damai dan terbuka”.

Mr. Bob:”Jujur, saya masih sering terpancing emosi. Gimana caranya LOVE jadi senjata saat suasana tengah panas?

Mr. Hauw: “LOVE adalah kunci Leave Out Violent Emotions! Guru atau Orang tua punya empat pilar untuk kontrol emosi.”


BACA JUGA :


  1.   L – Labuhkan Emosi Negatif: Jangan biarkan emosi tak terkendali. Saat marah, tarik nafas, tenangkan diri, jangan bicara. Emosi negatif redakan. Ingat, parental self-regulation menurunkan perilaku agresif anak (Morris et al., 2007).
  2.   O – Optimis diri: Fokus pada potensi perbaikan, bukan pada kesalahan. Buang kata-kata spontan tapi ketus. Kata-kata positif tumbuhkan motivasi intrinsik (Deci & Ryan, 2000).
  3.   V – Validasi Perasaan: Terima dan akui emosi anak tanpa menghakimi. Buat anak merasa tentram, tak takut curahkan perasaan. Jangan gunakan bentakan atau ancaman, guna membangun emotional security.
  4.   E – Empati Tindakan: Pahami anak dari sudut pandang mereka, bukan apa maumu sendiri.  Beri solusi yang menenangkan dan bantu pecahkan masalah tanpa menimbulkan trauma pada anak. 

Ms. Gandhy: “Dulu, saat anak saya gagal ujian, saya bilang: ‘Nilai ini bukan akhir dunia. Kita cari cara belajar yang lebih seru.’ Dan ternyata dia malah tambah semangat. Hasilnya lebih baik.”

Mr. Bob: “LOVE bukan cuma teknik komunikasi, tapi latihan mental bagi guru dan orang tua. Jadilah guru dan orang tua yang mau sabar dan mendengarkan, bukan mau umbar emosi kemarahan dan kekuasaan.”

Mr. Hauw: “Tepat! Misal, ketika dua anak berebut mainan, kita bisa:

  1. “Labuhkan: Tenangkan diri sendiri. Jangan main bentak.
  2. “Optimis: Beri solusi menenangkan.  Kalian pasti bisa, ayo, giliran.” 
  3. “Validasi: Pahami mereka! ‘Kamu pasti kesal karena belum selesai bermain.’
  4. “Empati: Beri solusi! ‘Bagaimana kalau mainnya gantian 5 menit?'”

BACA JUGA :


Ms. Gandhy: “Buat Guru atau Orang Tua, ini butuh latihan: Mau untuk Mampu. Tapi dengan cara itu, sama!  Anak juga belajar mengelola emosi, tapi juga belajar berdiskusi dan negosiasi.”

Mr. Bob: “Saya rasa LOVE harus jadi ritual keluarga. Kita bisa pasang Papan LOVE di rumah untuk mencatat momen positif.” 

Mr. Hauw:”Bukan hanya di keluarga, juga di ruang kelas, di sekolah!”

“Karena keluarga yang damai bukan keluarga yang tanpa masalah, tapi keluarga yang tahu cara menyelesaikan masalah dengan kasih.”

“Sekolah yang aman dan nyaman bagi siswa bukan sekolah yang bersih rapi tanpa masalah, tapi sekolah yang tahu cara menyelesaikan masalah  dengan pendidikan kasih dan pengertian.”

“Ingat!” Kata Mr Hauw, 

“Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka.”
(Matius 7:12, TB)

“Dan Kami jadikan di antara kamu kasih sayang dan rahmat.”
(QS. Ar-Rum: 21)

“Ingat juga.”
“Keluarga yang harmonis akan makmur bahagia dalam kehidupannya.”
“Sekolah yang aman nyaman akan berhasil dalam membangun masa depan siswanya.”

Membentuk keluarga bahagia memang tidak semudah membalikkan telapak tangan. Namun, dengan menerapkan cara-cara LOVE di atas secara konsisten, tentu tidak menutup kemungkinan keluarga bahagia dapat terwujud. 

Yuk kita berproses bersama dalam mengenal bahasa cinta diri sendiri, pasangan, anak, guru dan siswa. Temukan bahasa cinta yang paling sesuai dengan diri kita masing-masing. Setelah itu sampaikan kepada pasangan, anak, dan anggota keluarga lain serta guru dan siswa bahwa kita lebih nyaman jika mereka melakukan sesuai dengan bahasa cinta kita.

Referensi:
1.
Deci, E. L., & Ryan, R. M. (2000). The “what” and “why” of goal pursuits: Human needs and the self-determination of behavior. Psychological Inquiry, 11(4), 227–268. https://doi.org/10.1207/S15327965PLI1104_01
2. Morris, A. S., Silk, J. S., Steinberg, L., Myers, S. S., & Robinson, L. R. (2007). The role of the family context in the development of emotion regulation. Social Development, 16(2), 361–388. https://doi.org/10.1111/j.1467-9507.2007.00389.x
3. American Academy of Pediatrics. (2019). Positive parenting tips. https://www.aap.org

Well, Silahkan tulis pendapatnya di kolom komentar ya.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *