INBISNIS.ID, DENPASAR – Pertumbuhan Ekonomi Bali pada triwulan I mencatatkan pertumbuhan negatif atau terkontraksi sedalam 4,27 persen. Hal ini dilihat dari nilai tambah yang tercipta dari seluruh aktivitas ekonomi di Bali jika diukur atas dasar harga konstan (ADHK) hanya mencapai Rp 35,33 triliun, mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan IV-2021 yang tercatat sebesar Rp 36,91 triliun.
“Apabila dicermati berdasarkan kategori lapangan usaha yang mengalami penurunan tersebut, kontraksi ekonomi Bali yang terjadi pada triwulan I-2022 dipengaruhi oleh pola triwulanan yang terjadi setiap triwulan I,” ungkap Kelapa Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Hanif Yahya, dalam acara konferensi pers bertajuk “Pertumbuhan Ekonomi Bali Triwulan I-2022”, Senin (09/05/2022).
Ia melanjutkan, aktivitas pariwisata Bali secara siklusnya memasuki periode low season. Kondisi yang sama terpantau pada aktivitas pertanian yang kembali memasuki masa tanam setelah berlalunya musim panen pada triwulan sebelumnya. Kemudian, dari sisi belanja pemerintah cenderung belum optimal direalisasikan pada awal tahun.
Selain pengaruh pola triwulanan, perlu diingat juga bahwa pada triwulan I-2022 sempat terjadi lonjakan penambahan kasus harian positif Covid-19. Tepatnya pada bulan Februari 2022 yang mencapai angka tertinggi sebanyak 2.556 kasus dalam sehari.
“Kondisi tersebut menyebabkan pembatasan aktivitas melalui pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) kembali ditingkatkan. Kendati tidak berlangsung penuh selama satu triwulan, hal tersebut kiranya berpengaruh terhadap penurunan aktivitas pada sejumlah kategori lapangan usaha di Bali pada triwulan I-2022,” ungkap Hanif Yahya
Terkhusus sektor pariwisata pada triwulan I 2022 memasuki periode low season setelah berlalunya momentum hari raya dan libur tahun baru pada triwulan IV-2021. Kunjungan wisatawan domestik pada triwulan I -2022 tercatat hanya 1,46 juta kunjungan mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 1,61 juta kunjungan.
Pelemahan aktivitas pariwisata juga tercermin pada rata-rata tingkat penghunian kamar (TPK) hotel berbintang selama triwulan I-2022 yang berkisar pada angka 19,11 persen, lebih rendah dibanding capaian TPK pada triwulan IV-2021 yang mencapai 22,97 persen.
“Hal tersebut berdampak pada penurunan nilai tambah yang mampu tercipta. dari aktivitas lapangan usaha Kategori I (Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum) pada triwulan I-2022 dibandingkan triwulan sebelumnya,” ungkap Hanif Yahya
(Redaksi)
Well, Jika ada yang perlu dibenahi atau disesuaikan tentang berita dan website INBISNIS.ID? Boleh ditulis di kolom komen ya.
Komentar