INBISNIS.ID, LEMBATA – Menjelang bulan suci Ramadhan dan hari raya Paskah, ketersediaan minyak goreng di pedalaman Omesuri, Kabupaten Lembata mulai mengalami penurunan jumlah.
Selain itu, beberapa tempat usaha kecil milik warga sudah mulai naikkan harga dari Rp. 12.000 menjadi 14.000. Para pembeli pun mulai mengalami kewalahan terkait kelangkaan minyak goreng. Selain jumlah yang terbatas, harganya pun sudah mulai melambung naik.Sementara itu, Efendi Amin, pemilik UD Asandra, Desa Walangsawa, Kecamatan Omesuri, Lembata, saat ditemui awak media belum lama ini mengatakan, persediaan minyak goreng di tempat usaha miliknya mengalami keterbatasan jumlah. Hanya sekitar 5 dos yang masih disiapkan menyongsong Ramadhan dan Paskah. Padahal, menurutnya, pada tahun-tahun sebelumnya, ia selalu menyiapkan stok lebih dari 100 dos.
Selain itu, informasi yang dihimpun media, harga minyak goreng di Lewoleba, Ibu Kota Kabupaten Lembata sudah mengalami kenaikan yang cukup tajam. Walaupun demikian, Efendi Amin menegaskan, masih konsisten menjaga stabilitas harga di UD Asandra miliknya. Hal ini, ia lakukan dengan mempertimbangkan pendapatan warga kecil di pedalaman Omesuri yang ia layani saban hari.
“Kasihan sekali kita di ujung tombak pedesaan ini, di Lewoleba minyak goreng naik, simpang siur, tidak stabil, kadang melambung tinggi, tapi di sini saya masih jual dengan harga seperti biasa karena kalau kita kasih naik harga kasihan juga dengan para pembeli yang kita layani. Nanti jadi masalah juga. Untuk 400 ML dengan harga Rp. 10.000, 250 ML: Rp 6000 dan 5 Liter dengan harga 100 ribu. Gula pasir juga sudah mulai naik,” ungkapnya.
Menanggapi kelangkaan minyak goreng ini, produksi minyak kelapa menjadi salah satu jalan keluar yang mesti ditempuh. Beberapa warga yang ditemui awak media sudah mulai menjalankan aktivitas memproduksi minyak goreng dari kelapa. Sebab menurut mereka, minyak goreng dari kelapa sesungguhnya adalah ciri khas warga Omesuri sehingga mesti dilestarikan untuk memenuhi kebutuhan dapur.
(Redaksi)
Komentar