oleh

Mantan Kadistan Nagekeo: Petani Mengeluh Soal Pangan Sama hal Pengemis Kota Surabaya

INBISNIS.ID, NAGEKEO – Mantan Kepala Dinas Pertanian (Kadistan) kabupaten Nagekeo, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Wolfgang Lena berpendapat bahwa, Jika para petani mengeluh soal pangan berarti sama dengan peminta-minta atau pengemis di kota Surabaya.

Pernyataan tersebut diutarakannya di dalam sebuah Grup Whatsapp, NAGEKEO MANDIRI yang Beranggotakan 254 perseta, merespon sebuah cuitan anggota grup dengan Kontak atas nama Mr. Stef Rosi, pada Sabtu, 13 November 2021.

 

“Ada apa lagi di Nagekeo ini. Masyarakat mengeluh, ketiadaan pangan. Apakah tidak ada hasil dari sawah dan ladang di Nagekeo. Kasihan ko.” Mr. Stef Rosi.

Setelah cuitan Mr. Steff Rosi, Wolfgang Lena memposting salah satu pangan lokal jenis ubi-ubian dengan menulis keterangan “Mari kita tanam ubi-ubian, Uwi Suza, Rose, Ubi Tatas, Ubi Kayu, dan  pangan lokal lainnya. Pangan sehat,”.

Selanjutnya dibawah postingan tersebut  Mantan Kadistan Nagekeo, yang biasa dipanggil Woli Lena ini menulis cuitan “Petani mengeluh lapar itu tidak  masuk akal, apa beda para peminta-minta Surabaya ya”.

Woly Lena ketika dikonfirmasi terkait postingannya di Grup Whatsapp NAGEKEO MANDIRI Perihal “Petani mengeluh Lapar sama dengan Pengemis di kota Surabaya” Kepada INBISNIS.ID menjelaskan bahwa tujuan postingannya hanya sekedar memotivasi para petani agar menanam pangan lokal.

“Saya ingin mendorong dan memberi motivasi untuk kita tanam pangan lokal sebagai gudang pangan dalam tanah.”

“Bila saat beras kehabisan maka kita ada stok pangan seperti ubi-ubian, pisang dan lainnya. Beras menjadi pangan utama tetapi bukan satu-satunya,” katanya.

“Saat ini musim hujan. Segera manfaatkan. Kira-kira begitu, bagaimana. Pendapatku salah ya. Berarti ada pendapat lain yang lebih benar hehehe” Tulisannya via pesan Whatsapp kepada media ini, Sabtu (13/11/2021) malam.

Ketika ditanyai media ini, jika kondisi kewalahan pangan yang dialami masyarakat akibat kebijakan pemerintah, seperti penutupan air di wilayah sekunder 2, pintu air KM 1 tengah, irigasi Mbay kanan, Ia menjawab dengan singkat bahwa Ia meyakini pemerintah pasti memiliki kebijakan tersendiri.

“Pasti pemerintah punya kebijakan kalau soal seperti itu, ” Tulisannya singkat.

Ketika ditanya lebih lanjut, terkait solusi yang akan ditawarkan olehnya, selaku mantan kepala dinas Pertanian kabupaten Nagekeo, kepada pemda Nagekeo dan masyarakat dalam hal menjaga keseimbangan pasokan pangan, Ia mengurai bahwa Petani mesti menanam pangan lokal selain Komoditas unggulan dan pemda wajib menerapkan kerjasama yang terintegrasi lintas OPD di kabupaten di Nagekeo.

“Semua tanah tinggi di Dataran Sawah Mbay tanam dengan ubi-ubian, seperti berbagai ubi-ubian (uwi, sura, porang, talas dll). Jangan tanam pisang karena pisang sebagai sarang hama dan penyakit.”

“Ini harus dibudayakan. Masa saya sebagai Kadis beban berat di UPSUS PAJALEBABESATE. Kami se-Indonesia semua gempur dengan evaluasi ketat sampai pada pencetakan sawah baru.”

“Kebijakan ini sudah diganti dengan pergantian Mentan baru Karena tidak ketat lagi seperti dulu, harapan kita Distan, Dinas Pangan, dan Disnak terintegrasi di sawah.”

“Bila kebijakan ini diterapkan, saat tutup air karena perbaikan irigasi dll, petani punya stok pangan dalam tanah.”

“Mereka juga punya uang karena ada penggemukan sapi di tengah sawah. ( SIMBIOSIS MUTUALISME ). Kita diskusi untuk Sawah Mbay, mungkin ini pandangan saya.” Tulis Wolfgang Lena dalam pesan Whatsapp, melalui jalur pribadi, pada Sabtu (13/11) malam.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *