oleh

Leye, Pangan Lokal Komunitas Masyarakat Adat Leuhoe

INBISNIS.ID,LEMBATA – Webinar Omong Budaya Lembata episode 6 yang di helat oleh Penggiat Budaya Kabupaten Lembata bekerja sama dengan Balai Pelestarian Nilai Budaya Provinsi Bali pada Minggu 13 Maret 2022 mengusung tema “Leye, Pangan Lokal Komunitas Masyarakat Adat Leuhoe : Dari Wacana Kedaulatan Pangan Ke Inovasi Ekonomi Kreatif”.

Kegiatan ini menghadirkan lima Narasumber yakni, Umar P. Leuhoe yang mewakili Kelompok Sadar Wisata Lamun Lama Lete Leuhoe, Fredi Tokan Kepala Bidang kebudayaan Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Kebudayaan Kabupaten Lembata, Alexsander Aur Apelabi Dosen Filsafat Universitas Pelita Harapan Tangerang Banten sekaligus Peneliti di Institut Kebudayaan Lembata, Arianto Sultan yang adalah Owner Omah Bu’e dan Benidiktus Asan perwakilan dari YASPENSEL Cabang Lembata.

Dalam diskusi virtual ini, Umar Pati Leuhoe selaku perwakilan POKDARWIS juga komunitas masyarat adat Leuhoe menyampaikan bahwa tidak menduga tanaman Leye (Jali-jali) ini menjadi perhatian banyak pihak. Baginya tanaman Leye merupakan tanaman tradisi ,tanaman budaya yang punya nilai historis yang berkaitan dengan tatanan peradaban di kampung Leuhoe.

“Pengetahuan dan pola pikir mereka primitif tapi bisa menjangkau sebuah peradaban ilmu di bidang kesehatan sehingga tanaman Leye sebelumnya ada di 44 desa di Kedang sekarang hanya dibudidayakan secara serius di Kampung Adat Leuhoe,” ucapnya.

Umar juga mengatakan bahwa Taman Leye telah dibudidayakan sejak nenek moyangnya.

“Yang pastinya tanaman ini punya historis di kampung Leuhoe ini yakni ada tiga suku besar di Leuhoe ini yang merupakan anak dari moyang Au Beni yaitu Leuhoe Take’, Leuhoe Payong, dan Leuhoe Tubar yang isteri dari dari tiga rumpun suku tersebut diwajibkan hanya mengkonsumsi Leye seumur hidupnya,” tutupnya.

Narasumber berikutnya, Alexander Aur Apelabi menyampaikan bahwa pangan merupakan kebutuhan pokok yang paling mendasar, sehingga menurutnya pangan harus menjadi perhatian semua pihak.

Kebutuhan pangan dalam konteks kebudayaan memiliki konsekuensi pada aspek sosial, aspek ekonomi dan aspek kebijakan politik. Alex menyarankan untuk menjaga kelestarian Leye maka diperlukan dua strategi. Strategi Kebudayaan dan strategi politik.

“Harus ada dorongan dari komunitas masyarakat adat agar Leye benar-benar ditempatkan sebagai pangan yang memiliki nilai hidup dan harus ada perlindungan dan pemanfaatan oleh pemerintah pada tiap level,” katanya.

Menyambung Alex, pada kesempatan berbicaranya, Ferdi Tokan selaku Kepala Bidang Kebudayaan DISPORABUD Kabupaten Lembata menyampaikan menyampaikan bahwa Leye adalah pangan lokal yang sudah final sebagai produk kebudayaann karena memiliki ide dan karya atau praktek.

“Dari diskusi ini pangan lokal Leye ini menunjukan bahwa nenek moyang orang Leuhoe suda memiliki peradaban yang cukup tinggi kerna mereka punya ide, aktifitas dan hasil karya untuk memenuhi kebutuhan hidup,” katanya.

“Sebagai pemerintah, kami mengapresiasi diskusi ini dan kita akan bersinergi dari yang semula hanya di konsumsi keluarga kita harus mendorang untuk di konsumsi oleh semua orang,” sambungnya.

Perlu kami sampaikan bahwa kedepannya pemerintah akan melakukan pekan budaya sehingga kita bisa munculkan stan-stan kuliner yang berasal dari pangan lokal, ini yang akan kita bisa bantu untuk mendorong Leye jadi pangan yang akrab dengan masyarakat,” Tutup Ferdi.

Benektus Assan juga menyampaikan pikirannya. Menurutnya,dalam konteks kedaulatan pangan Leye harus terlebih dahulu diakui baru kemudian di dilindungi.

“Leye harus diakui oleh semua pihak sebagai pangan yang cocok untuk ditanam dan dikonsumsi masyarakat, baru kita bicara tentang urusan melindunginya melalui dorongan pemerintah di tiap level,” ucapnya.

Pada kesempatan terakhir Ariyanto Sultan, Owner Kedai Omah Bu’e Lembata menyampaikan testimoninya sebagai eksplorator Leye yang telah menginovasikan Leye menjadi makanan ringan yakni Kue Leye.

“Saya awalnya tidak mengetahui soal Leye, tapi saat diskusi dengan Penggiat Budaya Lembata, saya mulai tertarik dan akhirnya mulai mencoba inovasikan Leye, enak sekali ternyata,” ucapanya.

Kegiatan Webinar Omong Budaya Lembata yang dimoderatori oleh Abdul Gafur R. Sarabiti selaku Penggiat Budaya Lembata ini dimulai pada pukul 19.15 dan berakhir pada pukul 21.30 WITA.

(Redaksi)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *