INBISNIS.ID, NAGEKEO – Ibu Monika Suku, Ibu paruh baya ini senantiasa ceriah, meski mukanya sedikit lusuh, mungkin usianya kian tua. Ia nampak duduk manis di tempat jualannya, di area jalan utama Soekarno-Hatta Mbay, atau jalur jalan Dedewuwu – Danga, persisnya beberapa meter dari pertigaan jalan menuju Uma Lape, Penginanga, Kelurahan Lape, Kecamatan Aesesa, Kabupaten Nagekeo, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Sorot matanya tajam memantau aktifitas pengendara yang lalu lalang, sembari mengamati gelagat mereka mungkin yang berniat untuk membeli kangkung. Jika pengendara berhenti atau mengurangi kecepatan mereka, ibu Monika lekas menawarkan dagangannya kepada pembeli pasalnya, beliau bukan satu-satunya pedagang yang mengadu nasib dengan menjual kangkung di ruas jalan Negara tersebut. Masih banyak pedagang lainnya yang ikut mengadu nasib di lokasi itu.
Jurnalis INBISNIS.ID, beberapa saat setelah tiba di area tersebut, memilih mampir di lopo penjualan ibu Monika dan beberapa saat mengamati aktivitas mereka sembari menanyakan harga dagangan mereka.
“Kangkung 1 ikat 5000. Itu pepaya, ada yang harga 5000, 10.000 (tergantung besar buahnya), kalau lombok 5000, pisang juga 5000,” Ucap mama Monika, ketika telunjuk jari wartawan INBISNIS.ID menunjuk pada jenis dagangan yang dijual.
Jurnalis INBISNIS.ID beristirahat sejenak sambil terus mengamati aktivitas mereka, beberapa di antara mereka, berteriak meminta simpati pengendara untuk membeli dagangan mereka.
“Kangkung om, kangkung,” Teriak mereka kala kendaraan melintasi jalur jalan tersebut.
Ibu Monika mengisahkan bahwa, tuntutan ekonomi keluarga dan memenuhi biaya pendidikan anak-anaknya yang memaksa dirinya bertahan dengan aktivitas menjual sayur kangkung.
Kangkung-kangkung tersebut dipanen dari kebun mereka sendiri. Mereka memilih untuk menjualnya di area tersebut dan tidak ingin membawanya ke pasar karena takut terbebani ongkos transportasi.
“Ini kita panen di kita punya kebun, bapa disana (kebun), dia pagi-pagi antar kesini setelah panen, baru saya yang jual, kita ada sawah juga, bapak kerja sawah dan sekaligus rawat kangkung. Kita mau bawa ke pasar mana biaya ojek lagi,” Ujar Ibu Monika.
Jika sedang ramai omset mereka lumayan, bisa sampai 50 hingga 70 ikat kangkung terjual per harinya, atau diperkirakan berpendapatan 250 ribu rupiah hingga 300 ribu rupiah per harinya. penghasilan ini bagi mereka sangat lumayan untuk menyokong ekonomi keluarga dan investasi pendidikan anak-anaknya.
“Ya bisa laku 50 sampai 70 ikat, kalau ramai, kalau sepi itu hanya 10 sampai 15 ikat saja. Kalau tidak laku, besoknya baru kita jual lagi. Hasilnya bagi kami, lumayan untuk Tambah-tambah uang sabun dan biaya sekolah anak saya. Anak saya ada 2 yang masih sekolah, ada yang sementara kuliah, dengan yang masih SMA,” Urainya.
Ibu Monika mengungkapkan, kangkung jualan mereka, mayoritas di borong oleh para pegawai dan peternak untuk diberikan kepada ternak peliharaan mereka.
“Biasanya yang beli itu para pegawai, mereka biasanya pulang kantor mereka beli. Ada yang borong untuk kasi babi, kambing, dengan bebek juga,” demikian ujar Ibu Monika kepada INBISNIS.ID.
(Redaksi)
Well, Silahkan tulis pendapatnya di kolom komentar ya.
Komentar