INBISNIS.ID, LEMBATA – Berangkat dari narasi-narasi yang tidak sedap yang berseliweran di sosial media, Aliansi Mahasiswa Lembata-Jakarta (Amatata Jakarta) beraudiensi dengan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Lembata untuk menyerukan politik tanpa hoaks, golput dan isu SARA, Jumat (8/4/2022).
“Tujuannya (audiensi) lebih kepada pemilih cerdas, pemilih yang nantinya bisa menangkal isu hoaks, isu SARA, kemudian anak-anak muda jangan alergi dengan pemilihan umum nantinya bahkan sampai kepada golput,” terang Koordinator Umum Amatata Jakarta, Choky Askar Ratulela.
Menanggapi seruan dari Amatata Jakarta, Ketua KPU Lembata, Elias Kluli Making menyampaikan ucapan terima kasih karena Amatata telah melihat KPU sebagai simpul perbaikan demokrasi.
“Terima kasih banyak adik-adik yang sudah datang lalu melihat KPU sebagai simpul perbaikan demokrasi, terutama untuk Lembata ke depan, terutama bagaimana kita menyiapkan masyarakat untuk menjalankan hak politik mereka di 2024 mendatang,” ujar Elias.
Elias menjelaskan pihaknya juga konsentrasi untuk mensosialisasikan bahaya hoaks, isu SARA dan golput terhadap pemilih pemula di sekolah-sekolah dan di desa-desa.
“Kita sebenarnya sama. Kami turun ke sekolah-sekolah sampaikan tentang Pemilu tanpa hoaks, Pemilu tanpa money politic, Pemilu tanpa Black campaign, dan lain-lain. Itulah salah satu cara KPU menyiapkan masyarakat untuk menghadapi Pemilu 2024 mendatang,” lanjutnya.
Sementara itu, Anggota dan Divisi Perencanaan, Data dan Informasi: Petrus Payong Pati, S.Fil menjelaskan, hoaks itu kerap dimunculkan oleh akun palsu atau akun asli tetapi memproduksi hoaks. Dengan begitu banyak dalil dibangun dan orang akan memahami itu sebagai sesuatu yang benar. Dan ini dibangun berulang kali.
Piter menambahkan, mengutip penelitian Piter Pulang setelah Pilkada 2017, Golput kebanyakan dilakukan oleh kalangan yang mengerti Pemilu dan kebanyakan di Kota. Alasannya, pertama karena figur calon dan yang kedua bahwa yang menang juga sama saja, tidak banyak melakukan perubahan pembangunan di Kabupaten Lembata.
Menurut Piter, untuk di Lembata pada Pilkada sebelumnya pernah muncul isu terkait calon tertentu yang beragama Islam memelihara babi di rumahnya. Isu ini cukup mengganggu keyakinan umat beragama tertentu. Namun, isu SARA yang menonjol kuat seperti di daerah lain, di Lembata belum terjadi sehingga perlu dijaga.
Turut hadir dalam audiensi Amatata Jakarta bersama KPU Lembata, Sekretaris PRIMA Lembata, Kornelis Kedaman.
“Ketika saya mendapat undangan dari teman-teman Amatata Jakarta untuk ikut bersama audiensi ini, saya membaca adanya kerisauan kalangan mahasiswa Lembata pada saat Pemilu mendatang mereka sedang berada di luar Lembata, di kota belajarnya. Untuk Ketua KPU Lembata agar dapat menyampaikan kepada hierarki yang lebih tinggi (KPU RI) agar kedepannya bisa menyiapkan ruang partisipasi teman-teman Mahasiswa, entah itu di daerah asalnya atau di kota belajarnya,” pintanya.
Menanggapi Kornelis, Anggota/Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, Partisipasi Masyarakat dan SDM KPU Lembata, Idris Beda menuturkan bahwa pada Pemilihan 2019 kalangan mahasiswa menggunakan hak pilihnya dengan menggunakan A5.
“Kita (KPU) dibatasi oleh regulasi sehingga ini menjadi ruang teman-teman mahasiswa untuk bisa mendorong ke ruang yang lebih mempunyai kuasa regulasi ini yakni ke DPRD Kabupaten, DPRD Provinsi dan kemudian ke DPR RI,” tutup Idris.
(Redaksi)
Komentar