INBISNIS.ID SUMENEP – Tiwongso adalah jajanan khas Kepulauan Kangean Sumenep, termasuk jenis makanan tradisional yang diperjualbelikan di pasar. Pada musim arus balik lebaran tahun ini (1443 H), jajanan produksi rumah tangga ini kebanjiran pesanan dari para penjual yang tersebar di pasar-pasar rakyat (tradisional) yang ada di Kecamatan Arjasa dan sekitarnya.
Salah satu rumah produksi jajanan Tiwongso, beralamat di Dusun Poranlanjeng, Desa Kalikatak, Kecamatan Arjasa, Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur.
Ruhaniyah, Ibu rumah tangga yang memproduksi jenis jajanan tradisional Tiwongso, kepada jurnalis INBISNIS.ID mengatakan, pada musim balik lebaran tahun ini pihaknya harus meningkatkan jumlah produksi beberapa produk jajanan yang biasanya dijual tersebar di beberapa pasar tradisional yang ada di Kecamatan Arjasa Sumenep dan sekitarnya, Sabtu (7/5/22).
“Pada saat ini (musim arus balik lebaran), kami harus membuat Tiwongso setiap hari, karena permintaan dari para penjual yang ada di Pasar Kalikatak, Pasar Angon-angon dan Pasar Pandeman. Setiap harinya sekitar 100 sampai 200 bungkus bisa habis kami jual. Hasilnya otomatis juga meningkat,” jelas Ruhni panggilannya.
Menurut Ruhni, selama musim pandemi Covid-19 usaha yang digelutinya selama bertahun – tahun, mengikuti jejak orang tua dan neneknya itu hampir macet total. Namun lambat laun kondisi penjualan semakin pulih seiring dengan dibukanya lockdown Covid-19.
“Bayangkan saja, dalam 3 bulan hanya bisa produksi 1 kali. Pada musim Corona kemarin orang kepulauan tidak bisa berangkat ke daerah daratan, itulah yang menyebabkan sepinya pembeli. Produksi hanya sekedarnya saja, atau hanya jika ada permintaan,” keluhnya.
Kata Ruhni, pada hari-hari biasa sebelum wabah Covid-19, dalam satu pekan bisa produksi 3 kali. Dan pada saat ini (setelah corona) harus setiap hari produksi, khususnya membuat jajanan Tiwongso.
“Ada beberapa macam jenis jajanan tradisional yang kami buat, Tiwongso ini yang paling sering, karena seringnya juga permintaan dari para penjual di pasar. Kalau orang yang datang langsung beli kesini (rumah produksi), hanya beberapa orang dan belinya hanya sekedarnya. Kecuali Ia pesan dalam kebutuhan besar, itu tetap kita layani,” tuturnya.
Lanjut kata Ruhni, peningkatan produktivitas jajanan Tiwongso yang mana merupakan jajanan tradisional khas oleh-oleh warga kepulauan yang akan berangkat ke daerah daratan, dimulai sejak dibukanya kembali lockdown Covid-19, kemudian menjelang perayaan Idul Fitri 1443 Hijriah, dan berlanjut dengan musim arus balik lebaran saat ini.
“Berbagai macam jenis jajanan tradisional yang kami produksi, yaitu Tiwongso, Kue Kenari dan beberapa jenis kue lainnya. Namun yang paling banyak diproduksi jenis jajanan Tiwongso,” ungkapnya.
Selain meningkatnya produksi dan daya beli masyarakat, terkait harga jual, Ruhni mengaku, harga sangat terjangkau dan sudah sesuai dengan modal dan jerih payahnya pekerja. Karena proses pembuatan jajanan Tiwongso tergolong rumit, dan tidak bisa dikerjakan sendirian.
“Kita tidak asal membuat, yang penting membuatnya juga harus rutin, mengikuti permintaan dan kebutuhan pasar,” imbuhnya.
Masih kata Ruhni, cara membuatnya memang rumit, karena prosesnya beberapa tahap, yaitu bahan beras ketan terlebih dahulu dimasak seperti menanak nasi, setelah matang campurkan bahan ragi, diaduk hingga merata, lalu diamkan selama 2 hari dalam wadah tertutup, menunggu hingga menjadi tape ketan setengah matang.
Lanjut kata Ruhni, kemudian dipersiapkan proses pembuatan bahan lainnya, yaitu pembuatan santan kelapa dan gula pasir, bisa juga diberi sedikit garam dapur, lalu campuran itu diulek dalam wajan besar sampai mencapai kematangan cukup, atau jangan terlalu matang.
Selanjutnya tutur Ruhni, Setelah menjadi bahan adonan santan, dituangkan bahan tape ketan setengah matang kedalam adonan santan, lalu diulek secara terus menerus sampai merata hingga membentuk jadi satu kesatuan makanan Tiwongso tersebut.
“Hal penting yang juga harus diperhatikan adalah pengaturan pengapian. Kita membuatnya menggunakan bara api dari kayu, yang mana tentu cita rasanya akan berbeda dengan yang menggunakan pengapian dari gas elpiji. Disamping lebih ekonomis, juga rasa manisnya lebih merata dan lebih harus,”” ulasnya.
Sebelum proses pengemasan, bahan jadi jajanan Tiwongso tersebut, diangkat dari wajan besar, ditempatkan dalam sebuah wadah persegi empat untuk didinginkan.
“Setelah dingin, dibuatlah dalam bentuk potongan-potongan kecil, kira-kira sebesar telunjuk orang dewasa, kemudian dibungkus dengan kertas suku warna warni. Lalu dibungkus dengan plastik mika yang mana ukuran mika disesuaikan dengan jumlah potongan-potongan kecil yang sudah dibungkus dengan kertas warna warni tadi. 1 bungkus mika bisa terjual dengan harga Rp7 ribu sampai Rp10.000.” pungkasnya.
(Redaksi)
Well, Jika ada yang perlu dibenahi atau disesuaikan tentang berita dan website INBISNIS.ID ? Boleh ditulis di kolom komen ya.
Komentar