INBISNIS.ID, DENPASAR – Sebagian kalangan menstigma golf sebagai olahraga mahal yang hanya bisa dimainkan oleh golongan masyarakat kelas atas. Hal tersebut bukan tak berdasar, pasalnya seseorang ketika bermain golf memerlukan berbagai perlengkapan yang harus dipersiapkan termasuk lapangan yang kalau ditotal merogoh kocek jutaan.
Menurut I Nyoman Susila yang menjabat sebagai Wakil ketua II PGI-Bali Periode 2020-2024 menyatakan bahwa, pada intinya stigma tersebut tidak selamanya benar.
“soal itu mungkin dikatakabn mahal saya kurang setuju. karena ada yang lebih mahal lagi, seperti F1,” terang susila kepada inBISNIS, Selasa (23/2).
Susila menambahkan stigma golf mahal tidak berlaku di luar negeri, contohnya di Australia. Hal ini karena di Negeri Kangguru tersebut ada banyak lapangan golf yang menawarkan harga yang bervariasi, ada dari yang murah hingga maha.
“Di Australia, seluruh lapisan masyarakat di sana bisa main, sopir taksi pun bisa main. Mungkin sementara ini di indonesia belum terlalu banyak lapangan golf, sehingga persaingan di antara club house itu tidak terlalu signifikan,” tambahnya.
Perlu diketahui, I Nyoman Susila ini telah berpengalamam banyak di dunia golf Bali. Awalnya, bermain golf bukanlah keinginannya. Kejadian bermula pada pada tahun 1995 lalu. Susila yang bekerja di sebuah perusahan BUMN, PT Pembangunan Perumahan mulai bermain golf akibat kebijakan dari perusahaannya yang mewajibkan seluruh manajernya harus bermain golf.
“Awalnya saya tidak tau apa itu golf, ternyata menyenangkan. Kemudian saya benar-benar menekuni golf ini. Dibandingkan teman-teman saya di perusahaan, saya yang paling cepat handycapnya turun, dalam jangka waktu 2 tahun saya sudah mencapai handycap single, handycap 8,” papar Susila.
Bagi Susila, golf adalah olahraga raga yang menyenangkan, ada suatu tantangan yang perlu strategi-strategi dalam bermain.
“Golf adalah salah satu olahraga yang dikatakan Gentle Man Game, dimana kita main pukulan kan selalu ada pukulan yang ke kiri, ke kanan, ke belakang, kemudian kita harus benar-benar tanpa dilihat musuhnya pun kita harus mukul, di sana dilihat karakter dan pribadi orang, kalau dia curang, di bisnis juga katanya curang,” Kelakar Susila.
Kedepannya ia berharap golf bisa menjadi penunjang pariwisata Bali, bagaimana pembinaan atlet-atlet yang lebih baik lagi kedepannya, serta mampu memajukan prestasi golf khususnya di Bali sehingga menjadi olahraga yang familiar di masyarakat.
(Redaksi)
Komentar