INBISNIS.ID, DENPASAR – Semangat I Putu Surya Darma untuk tetap merawat Budaya Bali tidak pernah luntur. Selain menjadi penggiat seni dan budaya, Pria lulusan Pascasarjana Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar ini juga memutuskan untuk turun di dunia bisnis busana adat Bali. Alasannya tidak saja mencari keuntungan ekonomis, melainkan lebih dari pada itu juga turut ingin mengajegkan budaya Bali.
Suasana kesibukan terpampang di toko Gayatri Art Collection, bertempat di Jalan Ratna, Tonja, Denpasar, Minggu (05/006/2022). Tiga orang termasuk I Putu Surya Darma sedang mengerjakan pesanan udeng. Secara perlahan tangan-tangan kreatif mereka mulai mengambil benang, lalu membentuk kemudian menjahit udeng satu persatu. Diketahui udeng tersebut dipesan oleh Banjar Tatasan Kaja untuk tampil pada gelaran Pesta Kesenian Bali (PKB).
Gayatri Art Collection merupakan usaha yang bergerak di bidang busana adat Bali dengan menyediakan udeng, saput, kemeja, kamen, sampai selendang. Terhitung sudah 8 tahun, I Putu Surya Darma menggeluti usahanya ini.
Pengalaman bisnis mulai dari bangun, lalu jatuh, dan kemudian bangkit kembali sudah pernah dicicipi. Tetapi dirinya tidak pernah merasa lelah, rasa optimis dan keinginan berbagi berikut juga mengajegkan budaya Bali menjadi motivasi yang dipegangnya dengan sungguh-sungguh.
“Salah satu motivasi saya dalam berbisnis busana adat Bali adalah untuk melestarikan dan menjaga budaya adat Bali, khususnya busana adat Bali. Perlu diketahui juga busana adat Bali merupakan salah satu elemen budaya Bali, dimana kita harus berperan mempertahankan dan mempublikasikan busana adat Bali ke kancah nasional dan internasional,” terang I Putu Surya Darma.
Menurutnya, Busana adat Bali sudah memiliki aturan-aturan tersendiri tergantung tempat dan waktunya. Baik itu pemakaian udeng, saput, dan kamen. Hal inilah yang perlu diketahui oleh generasi muda agar aturan-aturan ini tidak dilupakan sehingga budaya Bali, khususnya busana adat Bali tetap lestari.
“Gayatri Art Collection mencoba untuk tetap mempertahankan hal tersebut sesuai dengan pakemnya. Misal udeng pada jangarnya itu dimana kanan lebih tinggi kiri lebih rendah. Dan ikatanya pun kelihatan. Dimana jika ikatanya dua helai arah ke kanan itu menandakan dia masih remaja yang akan beranjak dewasa. Jika sudah dewasa maka ikatan udengnya arahnya ke atas sebagai simbol pikiran kita sudah dewasa dan siap,” terang I Putu Surya Darma.
I Putu Surya Darma, menjelaskan, nama Gayatri merupakan pemberian seorang Pemangku (orang suci). Kata Gayatri sendiri merupakan sebuah doa, yang dimana keduanya tersebut bisa menjadi suatu kebahagiaan bagi orang-orang.
“Jadi harapanya produk-produk dari Gayatri Art Collection diharapkan mampu membawa kebahagian bagi mereka yang memakainya,” terang I Putu Surya Darma.
Diketahui, I Putu Surya Darma, memulai bisnis busana adat Bali pada tahun 2014 ketika dirinya berada dibangku kuliah Pascasarjana ISI Denpasar. Latar belakang pendidikan Seni kemudian dipadukan dengan ketertarikan di bidang usaha membuat dirinya merintis Gayatri Art Collection.
“Katika dulu pada saat kuliah ada mata kuliah kewirausahaan. Nah ketika itu saya mencoba memberanikan diri menggabungkan antara seni dan kewirausahaan untuk diaplikasikan dan diterapkan dengan terjun ke usaha Busana Adat Bali,” terang I Putu Surya Darma.
Lebih lanjut, ia menceritakan ketika itu, untuk terjun dan membuat bisnis busana adat Bali, dirinya memutuskan meminjam sejumlah dana di Bank untuk dijadikan modal awal membangun bisnis. Dijelaskan juga, bahwa selain bisnis busana adat Bali, dirinya juga mengembangkan busana pengantin dan tata rias.
“Ada sekitar 25 juta saya meminjam di bank untuk modal usaha, astungkara sampai hari ini terhitung sudah 8 tahun masih bertahan,” terang I Putu Surya Darma.
Menurut, I Putu Surya Darma, selama 8 tahun menekuni usaha busana adat Bali, terdapat berbagai macam tantangan yang dialami mulai dari kekurangan modal, kemudian kemampuan untuk mengikuti tren atau mode yang terus berubah, dan yang terakhir adalah pemasaran atau marketing.
“Sejauh ini sudah ada beberapa orang yang mempercayakan Gayatri. Ketika mereka ingin mencari busana adat, mereka tidak bingung lagi untuk mencari busana adat, pasti nanti ke Gayatri. Akan tetapi untuk pemasaran online Gayatri masih belum optimal,” terang I Putu Surya Darma.
Ia menjelaskan bahwa rata-rata sasaran pasar dari Gayatri Art Collection adalah kalangan pelajar yakni siswa dan mahasiswa. Selain itu ada juga datang dari kalangan pegawai dan instansi pemerintahan. Terlebih menurutnya, terdapat Peraturan Gubernur yang mewajibkan pada hari kamis menggunakan busana adat Bali.
“Peraturan tersebut sangat bagus yang dimana permintaan lumayan meningkat terutama dari kalangan pelajar. Dimana kan peraturan itu wajib, dimana seluruh sekolah harus menggunakan pakaian busana adat Bali di setiap hari Kamis. Jadi permintaan membuat udeng dan kamen jadi dari anak-anak SD, SMA itu sangat tinggi,” terang I Putu Surya Darma.
Terkait kondisi usahanya di masa Pandemi, I Putu Surya Darma, menceritakan bahwa pandemi covid-19 yang mulai melanda sejak awal tahun 2020, betul-betul memukul usaha busana adat miliknya. Dikatakan pernah sampai tiga bulan tokonya tidak pernah ada pengunjung yang datang ke toko untuk berbelanja.
“Waktu itu saya harus memutar otak agar toko ada pemasukan mulai dari menjual jagung di depan toko dan usaha lainya. Jujur Pandemi adalah upaya untuk mengintropeksi sebagai salah satu wirausaha yang dimana kita harus bertahan dikala jatuh dan bangkit kembali,” terang I Putu Surya Darma.
Namun saat ini dimana Pandemi Covid-19 mulai mereda, prospek usaha mulai bangkit lagi. Hal ini dibuktikan melalui orderan-orderan yang masuk serta kunjungan-kunjungan ke toko untuk berbelanja.
“Untuk saat ini astungkara sudah ada nafas. Rata-rata orang ingin yang baru kan. Udeng baru, baju yang baru, saput baru dan lain sebagainya sehingga ada yang beli. Walaupun belum seperti tahun-tahun sebelumnya. Tetapi Gayatri bisa bertahan sampai saat ini,” terang I Putu Surya Darma.
Terakhir, ia pun berharap agar busana adat Bali, kedepanya bisa tetap mempertahankan tradisi budaya Bali, khususnya busana adat Bali agar tidak melenceng atau tidak lepas dari pakem yang sudah ditetapkan.
“Warga yang berbelanja dan ingin menggunakan busana adat Bali itu lebih mengutamakan pemakaian busana adat Bali sesuai dengan tempatnya. Misal kepura kita harus memakai pakaian putih, kalau kita ke kondangan kita menggunakan busana adat Bali sesuai tempatnya,” tutup I Putu Surya Darma.
(Redaksi)
Well, Silahkan tulis pendapatnya di kolom komentar ya.
Komentar