INBISNIS.ID, TIMIKA – PT Freeport Indonesia (PTFI) telah menjejakkan kaki di Bumi Cendrawasih lebih 50 tahun sejak 1967 silam.
Sejak itu Freeport menjadi penggerak utama ekonomi di Papua, bukan hanya di sektor tambang, melainkan juga pemberdayaan, khususnya bagi masyarakat tujuh suku pedalaman Papua yang tinggal di sekitar daerah konsesi Freeport.
Pemberdayaan bukan hanya bertujuan memberikan dukungan ekonomi dan mensejahterakan, melainkan untuk memupuk kemandirian masyarakat asli Papua di Mimika pascatambang.
Untuk itu, PT Freeport Indonesia dan Pemerintah Daerah (Pemda) Mimika telah menandatangani nota kesepahaman bersama (Memorandum of Understanding-MoU) pengembangan 4 komoditas perkebunan.MoU antara Pemda dan Freeport yang dimulai tahun 2004 dan diperbaharui setiap tahunnya, kini diperpanjang selama 3 tahun ke depan, mulai 2022-2024.
Yohanes Bewahan, Manager Community Economic Development PTFI mengatakan, komitmen nyata Pemda Mimika bersama Freeport guna meningkatkan ekonomi dan mensejahterakan masyarakat Mimika.
“Kita harapkan supaya kemandirian pascatambang nanti ada komoditas perkebunan dan lainnya yang berguna bagi masyarakat,” demikian ungkap Yohanes Bewahan kepada Timika eXpress di Ballroom Hotel Cendrawasih 66, Jumat pekan lalu.
Adapun kolaborasi pengembangan 4 komoditas oleh Pemda dan Freeport meliputi kelapa, kopi, kakao dan sagu.
“Untuk kelapa 900 hektar di wilayah timur dan barat Mimika. Untuk pengembangan tiga tahun ke depan, Freeport siapkan transportasi, bibit, lahan dan proses penanaman serta pemeliharaannya,” kata Yohanis.
Selanjutnya pengembangan dan penataan sagu di atas lahan 100 hektar berada di Kampung Kaugapu, Distrik Mimika Timur.
“Untuk kolaborasi dan berdasar diskusi terakhir, Freeport pun akan membantu mulai dari transportasi termasuk beberapa support lainnya. Seperti tahun lalu penataan sagu di Iwaka dilakukan bersama Pemda,” terangnya.
Sementara kopi ada dua, yakni kopi arabica dan robusta. Pengembangan kopi di atas lahan 100 hektar akan dilakukan di tiga wilayah, yaitu Jila, Hoya dan Tsinga.
“Ada juga 500 sampai 700 pohon kopi di Kampung Opitawak, Distrik Tembagapura, tapi ke depan selama tiga tahun kita inves di tiga lokasi, dimana Freeport juga akan siapkan bibit juga kolaborasi transportasi. Soal lahannya pemerintah yang siapkan. Kalau di atas (pegunungan-Red) kendalanya soal keamanan,” ujarnya.
Kemudian untuk kakao, pengembangannya di sepanjang Jalan Trans Nabire, termasuk di Tipuka, Ayuka dan Nawaripi. Kalau di Nayaro kita sudah sebar bibit.
“Kolaborasi ini kita bisa meningkatkan dia punya produksi, baik kopi maupun kakao. Ini semua sudah ada plan (perencanaan), sehingga hasil akhirnya seperti kelapa ada kolaborasi dengan pemerintah, mungkin ada santan, sabuk, ini kita akan jalin kerja sama internal dengan Enviromental PTFI,” ungkapnya.
Melalui kerjasama apik, Yohanes menyampaikan terima kasih kepada pemerintah atas pengembangan 4 komoditas.
“Harapan dari Freeport bagaimana supaya pemerintah ada di tengah masyarakat, karena kita tahu sebelum-sebelumnya Freeport boleh dibilang single fighter untuk beberapa program pengembangan komoditas. Jadi, apapun yang dilakukan pemerintah, Freeport siap support dengan komitmen membantu masyarakat. Ini kita harapkan supaya kemandirian pascatambang nanti ada kopi dan komoditas lain yang berguna bagi masyarakat. Kami bangga bisa kolaborasi dengan Pemda untuk berdayakan serta memajukan masyarakat,” serunya.
Tidak hanya itu, Freeport akan terus mensupport pemerintah dalam merealisasikan program nyata menuju kemandirian dan kesejahteraan masyarakat.
Secara terpisah, Alice Irene Wanma, Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Mimika, mengatakan terkait pengembangan 4 komoditas perkebunan, pemerintah menggunakan alokasi dana Otonomi Khusus (Otsus) dan APBD.
“Untuk satu tahun anggaran kami alokasikan sekitar Rp800 juta untuk pengembangan 4 komoditas perkebunan,” tandasnya.
(TIM/Redaksi)
Komentar