INBISNIS.ID, TERNATE – Di ruang sepi dan gelap, seorang paruh baya termenung dan meratapi nasib dirundung malang yang melintasi hari demi hari dan juga menepis sepi. Di saat kebebasan menikmati hangatnya matahari dan indahnya dunia ini, di renggut oleh hukum yang dimana ia harus mempertanggungjawabkan semua keadaan ini.
Tak terpikirkan oleh Amad (51), yang terjerat kasus Gratifiasi di kota Ternate, harus mendekam di balik tembok penjara. Mungkin ini musibah. Ujian Tuhan ataupun takdir dalam kehidupan Amad, yang jelas, hari-hari selanjutnya Amad harus berada dibalik jeruji besi. Tidur beralaskan tikar, makan ala kadarnya dengan waktu yang sudah diatur. Tembok-tembok dengan kawat berduri yang menjulang tinggi akan membatasi ruang gerak, dan membatasi kebebasan Amad. Memutuskan hubungan suami-istri. Menghempaskan kasih sayang antara orang tua dan anak-anak. Semuanya akan diluar keseimbangan hidup normal sebagai manusia. Disinilah, hari-hari panjang akan kujalani. Disinilah, hari-hari yang menjemukan baginya lalui bersama rindu dan kesedihan. Disinilah, kesempatan Amad menemukan kekuatan-kekuatan baru yang tersembunyi. Dibalik tembok penjara, dia coba menimba ilmu dari pengalaman hidup ekstrim sambil menata hati dan menggapai asa.
Di dalam benak Amad, penjara yang beralamat Rutan (rumah tahanan), Jambula Kecamatan Ternate Selatan, adalah sesuatu yang mengerikan dan menakutkan. Tempatnya banyak orang-orang jahat. Orang nakal. Komunitas kampung preman. Tempat dibelenggunya orang-orang yang bermasalah dengan tatanan kehidupan bermasyarakat. Tempat dikumpulkannya orang-orang yang berpekara dengan hukum. Ada kasus perjudian (togel), perkosaan, pelecehan seksual, pembunuhan, pencurian, penggelapan uang, penggunaan obat-obat terlarang (Narkotika), tindak pidana korupsi (tipikor), dan masih banyak lagi, tindakan kejahatan lainnya. Perasaan sedih, bingung dan takut menjadi satu. Selalu yang terbayang dalam pikiran bahwa kehidupan dalam penjara akan sangat keras dan susah.
Namun setelah Amad berada di balik tembok-tembok yang menjulang tinggi ini, Amad merasakan sebuah kehidupan yang penuh dengan nuansa religius dan menjunjung tinggi kesetiakawanan, walaupun ada sedikit intrik-intrik ketidak bagusan dan sikap dan prilaku warga binaan, namun tindakan ini bisa ditepis dengan sikap santun dan saling menghormati antara sesama narapidana. Disinilah Amad belajar bahwa dalam hati nurani manusia memiliki potensi kebaikan, itu selalu ada dan tertanam dalam lubuk hatinya yang paling dalam walaupun orang itu pembunuh berdarah dingin sekalipun.
Dalam kesedihan dan sepinya waktu, narapidana ini dituntut dari pihak lapas harus membuat warga binaan harus lebih kreatif. Kreatif dalam berbagai hal akan dapat membunuh sepi. Dalam tekanan hidup, orang harus mencari sandaran agar suasana hatinya tidak gundah, dan ketenangan batinpun diperoleh melalui pensucian hati. Mengingat Zat yang mengatur semuanya adalah jalan satu-satunya untuk memperoleh semua itu. Ibadah dan bersandar pada Kitab Suci dan Sunnah Rasul membawanya pada kententraman hati, sehingga kuat menjalani hari-harinya di balik jeruji besi.
Banyak pelajaran dan hikmah yang Amad peroleh selama di dalam penjara. Semuanya Amad tuangkan dalam tulisan ini, mendengar ceritera-ceritera sahabat, merekam dan mengingat kembali, kemudian menuangkan dalam tulisan sederhana ini berharap semoga Tuhan mau memberikan kesempatan kedua baginya untuk memperbaiki diri. Menata kembali yang telah terserakkan. Mengasah yang telah bernoda, karena sesungguhnya “Best Gift in Life is a Second Chance.” Hadiah Terbaik dalam Hidup adalah Kesempatan Kedua.
Maka, sambal mengadahkan tangan di sepertiga malam, menepis dunia yang terbebani ini, Amad panjatkan doa tulus dan ikhlas:
“Ya Rabb yang terkasih, aku berdoa agar semua orang mengingatku bukan sebagai koruptor keji, melainkan sebagai penyelamat. Seperti Engkau mengenal diriku yang sesungguhnya”, pinta Amad sangat khusyu
Dipenghujung doa yang dipanjatkan, sambil menempelkan kedua telapak tangan diwajahnya dengan bisikkan kata Amin Ya Rabil Alamin….dan rembulanpun tenggelam dibalik tembok penjara. (Seri 1) tulisan ini akan belanjut…
(Redaksi)
Komentar