INBISNIS.ID, PESAWARAN – Bertani dan menjual buah timun suri sudah menjadi rutinitas yang dilakoninya sejak tahun 2012 silam. Bagi pria kelahiran 16 Maret 1967 ini, menanam timun suri menjelang bulan suci Ramadhan dan berjualan buah musiman tersebut dari awal hingga beberapa hari setelah hari raya Idul Fitri adalah rutinitas wajib yang harus Ia lakoni, karena selain cocok juga nikmat senikmat rasa timun suri tersebut.
Ditemui disela-sela melayani pembelinya di Desa Sidodadi, Ia adalah Bapak Romidi petani pemanfaat Daerah Irigasi Padang Ratu II, BPP Way Lima, Kabupaten Pesawaran, selalu berpikir ke samping dan atau lompat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan keluarganya. Disaat petani lain menanam padi untuk mencukupi kebutuhan puasa dan lebaran, Ia justru menanami lahan dengan tanaman timun suri yang sangat digemari dan bahkan menjadi menu wajib di saat berbuka puasa bagi sebagian orang, Senin (18/04).
Tetapi tidak pernah dibayangkan sebelumnya oleh petani tetangganya, bahwa dengan bertani timun suri, selain bisa membeli GKP (Gabah Kering Panen) sebanyak yang semestinya diperoleh jika lahan tersebut ditanami padi.
Untuk lahan dengan ukuran kurang lebih 20 M x 20 M (Satu Rantai) biaya operasional yang harus beliau keluarkan sampai panen Rp 4 Juta, dan untuk hasilnya selama kurang lebih empat kali pemetikan bisa mencapai 7 Ton atau jika diuangkan dengan harga rata-rata saat Ia menjualnya ke konsumen akan memperoleh omset sebesar Rp20.000.000. Sedangkan jika ditanami padi lahannya tersebut saat ini hanya menghasilkan rata-rata 700 kilogram GKP atau jika di uangkan senilai Rp3.100.000.
Berdasarkan pengalaman ini, Bapak Romidi kemudian mengajak teman-temannya sesama petani untuk mengikuti jejaknya bertanam timun suri menjelang Ramadhan dan hasilnya dijual melalui jaringan pasar yang sudah dirintis bekerjasama dengannya selama beberapa tahun ini yaitu di Kecamatan lain Pesawaran, Bandar Lampung, Sumatra Selatan, Pringsewu, Tulang Bawang, Tanggamus, dan bahkan Pulau Jawa.
Kini beberapa petani sudah mengikuti jejak Bapak Romidi, untuk mengisi pasar yang ada mereka harus menyediakan buah timun suri berpuluh-puluh ton. Selain pendapatan yang bertambah besar, ini merupakan suatu kebahagiaan tersendiri bagi Bapak Romidi karena bisa membagi ilmu yang Ia miliki.
Kesulitan pun sempat Ia rasakan ketika berusaha mengajak petani-petani yang lain untuk mengikuti jejaknya. Ia mengatakan, bahwa masalahnya pasar, kalau ada pasarnya sebetulnya petani tidak ada masalah untuk bertanam apa saja dan kapan saja, tetapi sepanjang itu tidak ada petani tentu tidak akan mau berspekulasi, apalagi dengan modal yang pas-pasan bahkan modal pinjam.
(Redaksi)
Komentar