INBISNIS.ID, JAWA TENGAH – Pandemi Covid-19 telah menjadi kondisi krisis global yang secara langsung memberikan dampak ekonomi dan keberlangsungan suatu perusahaan.
Kebijakan lockdown dari pemerintah baik di Indonesia maupun dunia telah mempengaruhi perilaku konsumen dari berbagai sektor bisnis. Meskipun lingkungan bisnis pada masa pandemic Covid-19 tidak diketahui, tetapi memiliki banyak kesamaan dengan masa krisis ekonomi, banyak orang kehilangan pekerjaan dan karena resesi, banyak perusahaan mengalami penurunan permintaan produk/jasa.
Hal ini membuat perusahaan untuk dapat berinovasi terhadap strategi pemasaran ataupun produk yang dipasarkan. Perilaku konsumen yang berubah selama pandemic dengan meningkatnya permintaan untuk pengiriman ke rumah, system belanja online, pembayaran tanpa uang tunai merubah strategi bisnis kebanyakan perusahaan (Pantano et al., 2020).
Hal ini berdampak positif terhadap perusahaan yang dapat menerapkan strategi bisnis yang baik sehingga dapat bertahan bahkan meningkatkan pemasaran saat pandemi, dan sebaliknya dapat menyebabkan hilangnya suatu perusahaan karena strategi pemasaran yang kurang baik.
Strategi suatu perusahaan harus diubah berdasarkan perilaku konsumen untuk memenuhi preferensi yang baru, seperti mempertahankan daya tahan produk, lebih sensitif terhadap penentuan harga dan fokus terhadap daya beli konsumen (Calvo-Porral et al., 2016).
Pada masa krisis keuangan seperti ini, ada beberapa hal yang disoroti oleh para ahli bahwa perusahaan harus selalu bergerak maju dengan mengadopsi program pemasaran yang tepat, mengembangkan produk dan layanan yang inovatif,mengidentifikasi kebutuhan dan keinginan pelanggan baru, serta memberikan nilai baru kepada pelanggan dari pada mengandalkan kekuatan masa lalu.Melihat kondisi pandemi, beberapa perusahaan dapat melihat peluang yang baik pada saat terbatasnya kesempatan untuk tatap muka dikarenakan aturan yang diterapkan oleh pemerintah.
Hal ini juga diungkapkan oleh Kotler dan Caslione (2009) yang menyoroti bahwa tujuan pemasaran yang baik adalah tidak hanya untuk bertahan selama krisis (pandemi) tetapi juga untuk memfasilitasi proses “rebound” pada jangka panjang dengan terus menemukan kembali model bisnis dan strategi pemasaran yang membantu perusahaan untuk beradaptasi dengan cepat sesuai keadaan di pasar berkembang.
Selama pandemi, beberapa perusahaan akan merespon dengan berinvestasi pada R&D (Research and Development) dan pemasaran atau memotong biaya pemasaran mereka secara signifikan (Srinivasan et al.,2005).Lebih lanjut, para peneliti menemukan bahwa perusahaan yang berinvestasi dalam “pemasaran” selama resesi mampu meningkatkan keuntungan mereka secara signifikan lebih cepat ketika masa pemulihan, seperti saat sekarang ini.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Gulati et al. (2010) yang mengamati kinerja perusahaan selama tiga resesi terakhir tahun 1980-1982, 1990-1999 dan 2000-2002 bahwa perusahaan yang melakukan investasi lebih banyak pada R&D, pemasaran dan aset dapat segera bangkit setelah resesi (pasca-resesi).
Walaupun dalam jangka pendek, pemotongan anggaran untuk pemasaran dapat memberikan manfaat seperti mendapatkan kepercayaan dari pemegang saham. Strategi pemasaran harus dipertimbangkan secara menyeluruh sehingga tidak menyulitkan perusahaan pada masa pemulihan seperti kondisi seperti saat ini.
Pustaka
Calvo-Porral, C., Stanton, J.L. and Levy-Mangin, J.-P. (2016), “Is the economic crisis changing marketing strategies? Evidence from the food industry”.Journal of Global Marketing. Vol. 29 No. 1.
Gulati, R., Nohria, N. and Wohlgezogen, F. (2010), “Roaring out of recession”.Harvard Business Review. Vol. 88 No. 3.
Kotler, P. and Caslione, J.A. (2009), “How marketers can respond to recession and turbulence”.Journal of Customer Behaviour. Vol. 8 No. 2.
Pantano, E., Pizzi, G., Scarpi, D. and Dennis, C. (2020), “Competing during a pandemic? Retailers’ ups and downs during the COVID-19 outbreak”.Journal of Business Research. Vol. 116.
Srinivasan, R., Rangaswamy, A. and Lilien, G.L. (2005), “Turning adversity into advantage: does proactive marketing during a recession pay off?”.International Journal of Research in Marketing. Vol. 22 No. 2.
Oleh : Desy Ceria Wati, S.E (Mahasiswa Pasca Sarjana FEB Unsoed)
(Redaksi)
Well, silahkan tulis pendapatnya di kolom komentar ya!
Komentar