INBISNIS.ID, JAKARTA – Aksi teror yang terus menerus menghantui Indonesia selalu dikait-kaitkan dengan agama tertentu. Perdebatan tentang apa sebenarnya agama teroris lebih ramai diperdebatkan dibanding kejadian pengebomannya.
Tidak hanya di Indonesia, di Amerika, saat terjadinya serangan Menara Kembar WTC tanggal 11 September 2001, perdebatan tentang apa agama teroris sangat alot. Sehingga muslim sebagai agama minoritas saat itu mengalami serangan fisik dan psikis karena agamanya.
“Kebencian terhadap islam tumbuh di kalangan penganut agama konservatif dan muncullah islamophobia (ketakutan lebih terhadap islam),” ucap Denny Siregar, seorang pengamat sosial dan politik di Youtube Channel CokroTV (1/4).
Kebencian tersebut semakin meluas dengan terjadinya bom bunuh diri di Eropa yang dikabarkan dilakukan oleh kelompok ekstrimis Islam, misalnya Al-Qaeda. Tayangan perang suriah dan kekejaman teroris di sana juga semakin memperparah kebencian terhadap islam.
Denny menyebutkan, saat ini, istilah terorisme ditujukan kepada siapapun yang mengancam keutuhan atau melawan negara. Fase dari terorisme yaitu terpapar ajaran, radikal dan melakukan aksi teror.
Aksi radikal inilah yang menyebabkan korban jiwa itulah sekarang disebut teroris. Kekerasannya punya niat untuk membuat ketakutan satu negara, bukan kepada satu komunitas saja. Sehingga teroris tidak berhubungan dengan agama, tidak mewakili ras dan apapun.
“Mereka mewakili ideologi politik mereka dan kelompoknya saja. Masalah agama, kulit, suku dan ras itu hanya ‘atas nama’ saja. Mereka merasa mewakili golongan yang mereka atas namakan. Padahal mayoritas golonganya menolak,” lanjut Denny.
Di Indonesia, teroris yang melakukan bom bunuh diri bisa saja mayoritas beragama islam, karena mereka menaggapnya sebagai jihad yang seharusnya berarti agung menjadi hancur karena digunakan untuk menghilangkan nyawa diri dan orang lain dengan kekerasan.
“Mereka melakukan jihad itu untuk melaksanakan agenda politiknya yaitu negara agama,” sambung Denny. Mulai dari otak, perakit sampai pengantinnya memiliki ideologi politik yang kuat.
Denny menambahkan, otak dari terorisme pasti memahami ajaran agama yang tidak membenarkan bunuh diri karena merupakan dosa. Namun menurutnya, itu satu-satunya cara untuk menjalankan teror dan menarik perhatian negara lain. Karena prinsip teroris adalah anyak korban jiwa adalah kunci kesuksesan mereka.
Sedangkan para pengantin yang melancarkan aksi teror hanyalah sebagai korban, karena telah terdoktrin dan tidak mencerna dengan akal sehat perbuatah yang ditugaskan.
Di akhir video, Denny menyebutkan, pemerintah selalu mengatakan bahwa teroris tidak ada hubungannya dengan agama manapun, karena jika mengatakan hal tersebut, akan mengundang permasalahan baru dan mayoritas islam Indonesia akan tersinggung.
“Mereka (agama islam) tidak menganggap teroris sebagai bagian dari mereka, karena dalam islam tidak ada perintah bunuh diri. Jadi teroris itu bajunya saja islam, tetapi keyakinannya sangat berbeda,” tutup Denny.
(Redaksi)
Komentar