INBISNIS.ID. LANGKAT – Pada masa awal pandemi yang melanda di tahun 2020, jahe banyak diburu oleh masyarakat, karena dianggap sebagai peningkat sistem imun tubuh.
Bahkan di beberapa daerah Indonesia, sempat terjadi panic buying, yang mengakibatkan harga jahe melonjak mahal.
Dikarenakan hal tersebut, banyak petani yang memilih bertanam jahe di masa pandemi, seperti kisah seorang petani jahe di Kabupaten Langkat, Desa Garunggang, Provinsi Sumatera Utara, Elida Br Bangun.
Elida mengatakan, jahe memiliki masa panen selama 8 sampai 12 bulan, hal tersebut tergantung dari keperluan jahe tersebut.
Elida memaparkan, kebanyakan jahe dipergunakan untuk kebutuhan rumah tangga seperti bumbu masak, wedang Jahe, dan jamu, maka umur panen jahe pada kisaran 8 bulan.
Jahe yang ditanam Elida ialah jahe putih, dimana jahe tersebut mengalami penurunan harga sebesar Rp 9.000/kg dari harga Rp 30.000/kg. Hal ini mengakibatkan pengusaha dan para petani jahe mengalami kerugian drastis.
Penurunan harga jahe ini dikarenakan minat masyarakat terhadap jahe yang mulai berkurang.
Elida menambahkan, biasanya dengan adannya panen jahe setiap tahun, tentu sangat membantu dalam peningkatan ekonomi keluarga yang semakin membaik, terlebih untuk para petani jahe.
“Bukan kami saja yang mengalami kerugian, namun, masih banyak para petani jahe lainnya,” kata Elida (11/8/2021) via telepon.
Elida berharap pandemi segera berakhir, agar harga jahe kembali normal, dan perekonomian masyarakat sekitar dapat meningkat.
Komentar