oleh

Tips Multi Farming Dari Peternakan dan Pertanian Hingga Kuliner

-Bisnis-487 views

INBISNIS.ID, SUKOHARJO – Dewasa ini, tidak banyak pemuda yang mau menekuni usaha peternakan, tapi tidak bagi Setyo Ebnu Saleh, 39. Peternakan yang dirintisnya sejak 2001, kini berkembang menjadi multi farming.

Setyo Ebnu Saleh merintis usaha ternaknya saat masih berusia masih 18 tahun. Semula, Ebnu memang sering menemani ayahnya yang juga peternak, akhirnya Ebnu pun menjadi jatuh cinta dengan dunia peternakan.

“Berdiri mulai 2001, karena sering menemani ke kandang dan sering diajak diskusi masalah kandang, akhirnya tahu-tahu tertarik dan jatuh cinta sama ternak,” kata Ebnu.

Warga Jalan Pemuda, Kelurahan Jetis, Kecamatan Sukoharjo menyebut area peternakannya yang terletak di Desa Plesan, Kecamatan Nguter memiliki luas 700 meter persegi dengan kapasitas sapi 40 ekor, domba kambing 200 ekor, hingga ayam, mentok dan lele yang jumlahnya belum terlalu banyak.

“Kalau setelah Idul Adha begini, sapinya sedikit. Sekarang tinggal satu, karena fokus ternak sapi ke penggemukan. Tinggal kambing dan domba yang banyak,” katanya.

Di areal 700 meter, kandang kambing terbagi menjadi beberapa blok. Meliputi kandang kawin, dan kandang koloni yang melingkupi lokasi untuk hewan yang mulai kawin sampai kambing hamil tua. Lalu ada juga blok kandang bersalin, hingga kandang pisah untuk hewan berumur tiga bulan sampai dewasa yang siap jual.

“Kandang kambing ada tiga kompleks, akan tambah satu lagi yakni kandang umbaran. Memang idealnya, kambing itu diumbar,” ujarnya.

Ebnu, tidak berhenti disitu karena banyak potensi yang dikembangkan dari usaha peternakan yang sudah dirintisnya. Bukan hanya diambil dagingnya, namun limbah ternak pun bisa dikelola sehingga bernilai ekonomis.

“Dari limbah ternak bisa jadi pupuk kandang, kompos, dan media tanam. Karena srintil letong itu bisa mencapai 50 kilogram per hari. Pembeli sekarang sudah biasa mengambil sendiri ke kandang,” katanya.

Lalu, ranting-ranting kayu keras sisa pakan, biasa dibakar, lalu dijadikan media tanam. Untuk pupuk kandang, bisa dipakai sendiri atau dijual.

Ebnu juga sudah membuka toko tanaman hias dan perlengkapannya dari tanaman hias, pot bunga, pupuk, dan media tanam di pinggir jalan Sukoharjo-Wonogiri. Lokasinya tak jauh dari Kantor Kecamatan Nguter.

“Kami mengolah kompos sendiri, biasanya sebulan jadi. Lalu sebulan sekali ada pembeli yang ambil. Tapi, sebagian juga dimanfaatkan sendiri,” katanya.

Kaya akan hasil pupuk, tanah di kanan kiri kandang juga sudah lama dimanfaatkan untuk menanam aneka sayuran dan buah. Bahkan, Ebnu juga menanam sendiri rumput untuk kebutuhan pakan ternak. Total lahan di sekitar kandang sudah lebih dari 4000 meter yang dimanfaatkan.

“Pupuknya ada yang dipakai sendiri. Kami juga menanam sayuran, cabai, ketela rambat, jeruk pecel, nangka, dan rumput. Rumput dan ketela juga bisa buat pakan. Daun nangka juga bagus untuk ternak yang bunting. Jeruk bisa untuk obat kambing yang belekan. Sebagian lagi dijual hasil kebunnya,” ungkapnya.

Praktis, tidak ada yang terbuang dari peternakan yang dikembangnya. Bahkan, selain untuk pupuk, limbah kotoran sapi juga bisa dijadikan biogas. Ebnu juga sudah melengkapi peternakannya dengan instalasi biogas. Sehingga, sudah tidak khawatir lagi kehabisan LPG, untuk sekadar menyeduh kopi di area peternakan.

“Biogas kami manfaatkan untuk memasak. Saya berdayakan teman-teman di 12 kecamatan. Tinggal pasang plang saja, untuk menerima pesanan aqiqah maupun segala macam olahan daging kambing domba. Nanti kambing domba dan masaknya dari sini (peternakan),” tandasnya

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *