oleh

Petani Milenial Raup Untung dari Budidaya Pepaya California

-Bisnis-653 views

INBISNIS.ID, BULUKUMBA – Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo mengatakan, petani milenial itu hebat dan petani milenial itu keren.

“Kita lihat sekarang, sudah banyak anak-anak muda yang mau terjun ke sektor pertanian dengan memanfaatkan digitalisasi,” kata Mentan SYL.

Seperti halnya Arman Jaya merupakan salah satu petani milenial yang cukup berhasil dari Desa Bontoraja. Di usianya yang menginjak 29 tahun dia mampu dan berani keluar dari zona pertanaman padi di desanya dengan menanam pepaya California, nanas, dan jahe.

Desa Bontoraja sendiri merupakan salah satu desa yang menarik di Kecamatan Gantarang, Kabupaten Bulukumba yang daerahnya didominasi oleh sektor pertanian. Hampir seluruh penduduknya bergerak di bidang pertanian, utamanya tanaman pangan seperti padi.

Awalnya Arman Jaya melihat cara pembudidayaan pepaya. Karena didukung oleh keluarga Arman semakin termotivasi untuk budidaya.

“Di desa saya, hampir 100% petani padi dan saya sendiri yang berani keluar dari zona padi,” ujarnya.

Arman fokus pada budidaya tanaman Pepaya California yang dinilai lebih menghasilkan dibandingkan 2 tanaman yang ia tanam yakni nanas dan jahe.

“Dari 200 ribu per minggu, pernah juga 100 ribu per minggu. Kalau begini terus, saya tidak bisa menjual beras saya ke luar, hanya untuk pembelian ikan. Makanya saya menambah pepaya supaya cukup untuk kehidupan sehari-hari. Alhamdulillah saya dapat membeli motor dari penjualan pepaya dan jahe,” pungkasnya.

Dengan luas 0.4 ha dan 153 pohon pepaya varietas California Calina IPB, ia memasarkan pepayanya ke daerah Bulukumba hingga ke Kabupaten Morowali, Prov. Sulawesi Tengah. Untuk Kabupaten Selayar, permintaan akan sangat tinggi menjelang Ramadhan dengan harga pasar 4000-5000/biji.

“Pernah ada sepupu dari Morowali datang dan mengambil pepaya sebanyak 4 karung dan pada bulan Puasa, saya dapat memanen pepaya hingga 23.000 biji dengan omzet yang dapat kurang lebih 1 juta per minggu hingga mampu mencapai 5 juta dalam 1 bulan,” ujarnya.

Motivasi awal Arman membudidayakan pepaya setelah melihat keluarganya yang menanam pepaya di sela tanaman cengkeh. Dia melihat hal itu sebagai peluang yang menjanjikan.

“Saya ke kebun om untuk melihat cengkeh. Saya heran, kenapa ada banyak pepaya di lahan cengkehnya. Lalu saya bertanya ini pepaya banyak untuk apa? Apakah untuk di makan saja? Tidak lama kemudian datang seorang nenek membawa gerobak, dan membeli pepaya seharga 300rb. Jadi dari itu saya tertarik untuk menjual pepaya,” ujarnya.

Untuk saat ini, pemasaran yang dilakukan Arman dengan langsung membawa ke pasar tanpa melalui pengecer.

Menurut Arman budidaya pepaya sangat mudah dan cepat menghasilkan. Mulai dari perendaman untuk semai selama 2 x 24 jam. Setelah berkecambah, 1 minggu sudah bisa dipindahkan ke polybag. Lalu setelah 1,5 bulan bisa ditanam langsung. Setelah 4 bulan sudah berbunga. Umur 7-8 bulan sudah bisa panen.

Harapan Arman, setiap bantuan ke kelompok tani harus dimaksimalkan. Kalau ada lahan tambahan lahan, ia ingin menambah luas pepaya agar petani di desanya dapat ikut menanam dan merasakan hasil dari pepaya.

“Alhamdulillah sementara ini sudah ada 3 petani yang ikut pembibitan pepaya di desa saya,” pungkasnya.

Sumber : Tribun Bulukumba

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *