INBISNIS.ID, DENPASAR – Terpilihnya Indonesia sebagai tuan rumah World Water Forum (WWF) ke 10 yang akan diselenggarakan di Bali tahun 2024 mendatang, menjadi momentum Bali untuk memperkenalkan konsep penataan atau pengelolaan air ala masyarakat Bali kepada masyarakat global.
Diketahui, WWF atau forum Air Sedunia merupakan kegiatan rutin tiga tahunan yang memamerkan aneka ruang kreativitas dan inovasi terkait keairan. Forum ini merupakan wadah khusus semua pihak untuk mencari solusi tantangan untuk mengatasi masalah sumber daya air di masa kini dan masa mendatang.
Menurut, Sosiolog asal Bali, Made Ferry Kurniawan, mengungkapkan, ada beberapa konsep terkait penataan serta pengelolaan air berbasis nilai kearifan lokal Bali yang dapat diperkenalkan kepada masyarakat dunia dalam forum WWF ke 10 diantaranya konsep danu kerthi, segara kerthi, dan Yeh Anakan.
“Danu Kerthi adalah konsep yang menjelaskan tentang proses pengelolaan air dan bagaimana air itu dijaga keberadaanya. Kita bisa mengetahui bawah memang simbolisasi air di simbolkan oleh personifikasi Dewi Danu, dimana Dewi Danu secara semiotik dalam kajian hermeneutika dianggap sebagai sosok yang cantik dan sosok yang memberi kehidupan. Begitupun air, air adalah sosok entitas abiotik yang cantik yang mengalir ke segala tempat dan memberikan penghidupan,” terang Made Ferry Kurniawan saat dihubungi melalui saluran telepon, Rabu (23/03/2022).
Sementara itu, Segara Kerthi adalah konsep dimana air itu disucikan sebagai sebuah wilayah yang dihuni oleh dewa Baruna. Dimana dewa Baruna melambangkan kekuatan, melambangkan kebijaksanaan. Begitupun air, ketika manusia tidak bijak menggunakan air, maka air tidak bisa memberikan dampaknya kepada manusia.
“Dalam konteks ekologis, kedua konsep Danu Kerthi dan Segara Kerthi yang dimiliki masyarakat Bali secara ilmiah dapat disebut dengan siklus hidrologi. Dimana siklus hidrologi ini menjelaskan bahwa bagaimana aliran air sampai pada tangan manusia, dan bagaimana air tersebut mengalir kembali pada tempatnya. Jadi ada proses daur ulang air. Hal ini karena tanpa adanya air kehidupan kita tidak bisa berjalan,” terang Made Ferry Kurniawan.
Selain dua konsep tersebut, menurut Made Ferry Kurniawan, ada satu konsep penting lainya yang dimiliki masyarakat Bali dalam menata dan mengelola airnya adalah konsep Yeh Anakan. Dimana Yeh Anakan ini adalah sebuah keajaiban oleh alam bahwa air yang muncul di suatu tempat tidak akan pernah habis serta air yang muncul tersebut adalah air dengan higienitas yang tinggi.
“Dalam masyarakat Bali ketika menemukan Yeh Anakan adalah memberikan atau membuatkan dia pelinggih. Sebetulnya, dibentuknya pelinggih tidak bermakna teologis saja tetapi memang adanya pelinggih sebagai penanda bahwa tempat itu angker. Ketika kita menyebutkan tempat itu angker tidak ada orang yang berani sewenang-sewang terhadap air itu. Diletakan pelinggih dan ada label angker membuat tempat tersebut menjadi suci dan terjaga,” terang Made Ferry Kurniawan.
Melalui konsep-konsep yang ada dalam sistem pengelolaan air masyarakat Bali yakni Danu Kerthi, Segara Kerthi, dan Yeh Anakan merupakan konsep-konsep yang dapat kita globalkan dalam bentuk tawaran kepada dunia internasional.
“Jadi konsep-konsep tersebut bisa kita tawarkan dimana ada dimensi sosiologis, ekologis dan sudut pandang religiusitas,” ungkap Made Ferry Kurniawan.
Terakhir, sebagai Akademisi, Made Ferry Kurniawan, berharap, agar aspek-aspek unit yang dimiliki masyarakat Bali dalam penataan dan pengelolaan air yang sifatnya universal seperti Tri Hita Karana, Sad Kerthi, Danu Kerthi, Segara Kerthi dan lain sebagainya bisa menjadi acuan masyarakat dunia didalam memanfaatkan dan menggunakan air dalam rangka mengatasi persoalan air atau krisis air.
(Redaksi)
Komentar